Mohon tunggu...
Laura Kuncoro
Laura Kuncoro Mohon Tunggu... -

Iam a simple, adorable woman (^_^) who act like a lady and think like a man.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kritikproof, Dikritik Bacok Negh!

4 Agustus 2010   06:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah merasa omongan seseorang menghunjam dada, menusuk sukma dan membunuh jiwa? Terasa begitu nyeri menyesakkan dan membuat darah seakan memenuhi rongga kepala? Nah itu mungkin kita sedang menerima Jeung Kritik didalam relung batin kita. "Saya sih terbuka terima kritik, silahkeun.. silahkeunnn kritik yg bernada membangun" kalimat ini sering didengung-dengungkan kedalam telinga, dengan senyum yang kadangkala terasa begitu berlebihan namun kenyataannya seringkali setelah Jeung kritik singgah, kita merasa tidak nyaman, merasa sakit, merasa marah, dan merasa defensif. Kritik menurut wikipedia adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Berarti kritik ini tujuannya mulia sekali, walau kehadirannya seringkali membuat nyeri hati. Namun kenyataannya tidak demikian. Banyak contoh Jeung kritik hanya diterima diluar hati saja, bahkan sekali sudah singgah di hati diusirnya keluar cepat-cepat. Contohnya tidak perlu jauh-jauh, di kompasiana ini ada beberapa penulis yang saya temukan menggunakan "Kritikproof", meminjam istilah "waterproof" yang anti air itu, kritikproof berarti "tidak menerima kritikan, please..please.. puji saya terus, kalau berani kritik siap-siap bacok negh!". Mulai dari yang karyanya menjiplak karya orang dengan kepedean luar biasa menerima pujian orang yang berkomentar dan mendelete semua komentar fakta yang berteriak "Hei! Ini karya jiplakan", padahal tinggal bilang karya ini saduran dari cerita anu, kan gampang tu dari yg haram jadi halal kan. Yang lain lagi penulis yang memakai banyak topeng ketahuan minta maaf ketahuan minta maaf lagi seakan maaf itu harganya cuma Rp. 1000 dapet 3 buah, demi tulisan mendapat rating tinggi bahkan rela punya double ID untuk voting karyanya sendiri dan memuji karyanya sendiri, padahal penulis ini cukup terkanal dan fansnya banyak la kok malah minder sampai double ID ya? Sampai yang sibuk mendelete komentar argumentatif positif demi melindungi karyanya dari kritikan setelah umumnya kehabisan amunisi untuk mengelak atau memberikan penjabaran logis dan mulai memelintir opini keluar topik bahkannnnnnn ada yang sadis bin tega menceburkan topik yg tidak ada hubungannya kearah agama atau issue sara lainnya. Padahal dia sih tahu jaka sembung bawa golok, ga nyambunggg go****! "Ini kan negara bebas, aku sudah tanya ke petinggi boleh kok, suka-suka dong, yg penting laku, yang penting populer, inikan tulisanku" raungan para kritikproof tanpa malu-malu walau tahu sampah disimpan akan berbau. Jangan remehkan kekuatan "bisik-bisik" ala ibu-ibu lo, karena bisik-bisik ini bisa jadi buzz dengan efek domino besar yang membongkar semuanya. "Yahhh... kalau ketahuan minta maaf saja, besok lebih hati-hati biar ga ketahuan", budaya malu sudah hengkang keluar pulau rasanya. Di negeri ini kata minta maaf itu harganya murah sekali, bersanding satu lapak dengan air mata dan harga diri dengan tulisan OBRAL besar-besar. "Namanya mental sampah, hidup ditengah sampah, menulis juga jadi sampah!" Serapah penulis lain yang gregetan. Oh ya sudah pasti komentar ini digunting dan didelete. Sudahlah, kok jadi mengkomentari sampah? Nanti ketularan bau lo. Biar saja kalau itu memang sudah pilihan hidupnya. Hidup di tengah impian walaupun di tengah gunungan sampah nikmat kali ya? Ini baru didunia maya, belum di dunia real. Mungkin nanti saya mau jualan label "Kritikproof" saja ah, dilabeli Rp. 500 rupiah saja, dan hasilnya disumbangkan ke lembaga penulis Indonesia (memang ada? Haha!). Sekalian jualan kaosnya. Rasanya bakal laris manis. Apa ada yang berminat?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun