"Piring retak saja tidak bisa disimpan apalagi piring yang pecah
Tali yang putus saja tidak bisa disambung andaikan disambung pun akan terlihat tak sedap dipandang
Akan menjadi percuma jika tetap dipaksa, akhirnya tetap saja putus tidak dapat diperbaiki
Sungguh sia-sia belaka hanya membuang waktu, sementara waktu terlihat tak sudi untuk memutar kembali semua memori itu
Semua kebencian, amarah, kesombongan dan dendam sudah mengakar dalam jiwanya, api yang terus menyala telah menghanguskan seluruh raganya
Berkali-kali kau lontarkan fitnah bahkan sumpah serapah sudah seperti mantra yang terus kau ucapkan Seolah-olah mulutmu adalah mesin otomatis yang sudah terprogram
Kata maaf yang terucap terkesan basa-basi, ternyata terulang kembali tanpa henti dan apa mungkin kesombongan itu sudah membentuk dirinya menjadi seorang Dewa?
Hanya menjadi sebuah penyesalan yang mendalam ketika persaudaraan hancur berkeping-keping karena jiwa yang rusak
Mungkin Tuhan akan menyentuh relung hatinya dengan memberinya hidayah di penghujung sisa hidupnya atau Tuhan sebenarnya sudah menyentuh hatinya tapi kerasnya hati yang telah mengakar dalam jiwanya sukar tuk ia rasakan
Atau ia ingin membawa semua rasa itu ke dalam tidur panjangnya ketika raga sudah terbujur kaku di dalam pembaringannya?