Mohon tunggu...
Humaniora

Ayah

9 Februari 2018   08:11 Diperbarui: 9 Februari 2018   08:32 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: kidsburgh.org

Seorang anak ingin mempunyai kemampuan tersendiri dalam setiap perlakuan dan tindakannya. Apalagi yang namanya seorang anak remaja. Kalian semua pasti mengetahui bagaimana sih perilaku serta pemikiran anak remaja? Anak remaja (ABG) itu identik dengan egonya serta keinginan dan kemauannya dalam hal tersendiri. Seorang anak remaja kalau di kekang, di paksa dia akan memberontak. 

Sebab apa? Sebab seorang anak remaja itu menginginkan kehendaknya sendiri yang akan menentukannya, mana yang akan disukai akan dilakukannya mana yang tidak disukai tidak akan dilakukannya.

Orang tua.. emmm? Ya, memang orang tua ingin menginginkan anaknya sukses nanti untuk kedepannya. Tetapi jangan lah dengan sebuah paksaan atau dengan kemauan apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Memang benar sebuah paksaan atau dengan cara hal yang lainnya dari orang tua mendorong anak untuk bisa lebih meningkatkan lagi daya kemauannya oleh anak. 

Tetapi hal itu justru salah, karena anak kalau dituntut terlalu berlebihan atau ingin dia disuruh menjadi sempurna maka akan membuatntya menjadi fatal dan salah besar malah justru tidak akan membuahkan hasilnya.

Saya mempunyai sedikit cerita ! Mempunyai seorang ayah, kalian tau tidak bagaimana sih sosok ayah yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang tua maupun sebagai kepala rumah tangga dalam keluarganya? Nah, ayah itu merupakan sosok yang bijaksana, tegas dalam membimbing rumah tangganya sebagai kepala keluarga apalagi dengan anak perempuannya. Kalian pernah dengar tidak ayah yang galak, sering marah-marah apalagi ayah yang suka memaksa atas kehendaknya sendiri untuk anaknya? Ya, memang ada seorang ayah yang semacam itu, tetapi ayah yang semacam itu bukan berarti beliau benci tetapi beliau itu sayang. 

Maka dari itu ayah mempunyai sifat seperti itu dan akan menunjukkan sifatnya bahwa ayah itu sosok "Ksatria Tak Berkuda". Pernah terlintas di benak saya bahwa ayah itu memang seorang laki-laki sejati, setia, bertanggung jawab dan bahkan ayah juga melindungi keluarganya serta putri-putrinya dari berbagai macam ancaman yang seperti putri-putrinya disakiti oleh seorang lelaki. 

Bahwa ayah itu dengan tegasnya bilang "nak, kamu akan aman berada di pelukan ayah, ayah yang akan selalu melindungimu dalam susah maupun senang, dalam keadaan apapun dan dimanapun kamu berada. Ayah selalu melindungimu dalam setiap do'a-do'a ayah yang selalu ayah lontarkan di sela-sela do'a ayah. Mudah-mudahan putri ayah selalu dalam lindungan Allah SWT, aamiin".

Ayah tidak pernah sedikit pun membuat putri-putrinya sakit hati bahkan beliau tidak berani untuk menyakitinya. Ayah yang baik tidak akan membiarkan putrinya jatuh ke tangan laki-laki yang salah sedikit pun yang membuatnya terluka, kecewa, bahkan sakit hati. Ayah tidak akan membiarkan putrinya lemah bahkan ayah akan memperjuangkan putri kesayangannya sampai bahagia dan membuatnya tetap tangguh kembali. Seorang anak pun mempunyai fikiran bahwa sosok seorang laki-laki yang baik hatinya dan setia itu adalah cuma ayah lah.

Kelak anaknya lulus menjadi sarjana dan di usia yang mau mendekati sebuah jenjang yang lebih serius dengan seorang lelaki, ada lelaki yang meminta anaknya untuk di bimbingnya ayah pun ikut andil dalam kesedihannya sebab putri kecilnya, putri remajanya yang beliau kenal dulu kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang yang sukses dan ayah pun ikut menangis bahagia terhadapnya. Rasa itu pun kini bercambuk menjadi sedih, senang, suka, haru bercampur menjadi satu.

Dari sebuah pengalaman itu ayah sebenarnya tidak ada niatan menjatuhkan putrinya, justru ayah yang membuat motivasi putrinya menjadi hidup. Menjadikan kita menjadi lebih dewasa, lebih mandiri dan lebih mengerti segalanya tentang kasih sayang seorang ayah terhadap putrinya. Menjadikan ayah sosok teladan, panutan bagi kita semua di dunia maupun di akhirat kelak.

"MENYAYANGI BUKAN BERARTI MEMAKSA, TETAPI MENYAYANGI ITU DENGAN TINDAKAN YANG MEMBUAHKAN HASIL POSITIF DAN TIDAK MENJADIKAN SEBUAH PAKSAAN HINGGA MENJADIKAN BEBAN YANG DISAYANGINYA".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun