Mohon tunggu...
Humaniora

Jangan Ajarkan Anak di Bawah Empat Tahun Calistung

7 September 2017   19:30 Diperbarui: 18 November 2017   13:23 1939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang benar setiap orang tua pasti menginginkan anaknya pintar dan berprestasi dalam hal pendidikan. Mulai dari yang dapat membaca, menulis, dan berhitung. Tapi apakah anak dibawah tahun boleh diajarkan suatu pembelajaran calistung? Kalau ternyata calistung (baca, tulis, dan hitung) terlalu dini pada anak-anak itu kurang baik bagi kesehatan anak. Masyarakat luar beranggapan makin cepat anak bisa belajar baca, tulis, hitung itu anak makin cepat pintar. Ada suatu konsep namanya itu Golden Age yaitu dimana 0-5 tahun merupakan waktu yang paling tepat untuk anak belajar segala sesuatu dikarenakan otak anak itu mudah menyerap (merespon) segala sesuatu disekitarnya itu bagaikan ilmu. Lalu kalau misalkan anak diajarkan baca, tulis, hitung pada usia tersebut berarti artinya bagus? Sebenarnya itu sangat kontradiksi dimana tidak semua anak mempunyai kemampuan yang sama, setiap anak kan unik dan kalau mempelajari mengenai konsep calistung dimana itu sebetulnya harusnya diajarkan disaat usia anak paling cepat empat tahun, 4-6 tahun. Pada dasarnya anak sudah mempelajari konsep-konsep warna, konsep angka di kehidupan sehari-hari secara alami. 

Suatu misal : adik nanti pakai baju yang warna merah ya, kemudian adik nanti bantuin mama, mama mau beli jeruk ambilin satu jeruk. Berarti konsep-konsep itu sudah diajarkan secara alami. Jadi suatu pembelajaran itu tidak memksakan anak. Untuk anak usia 2-4 tahun dia mungkin akan bisa menghafalkan tapi apakah dia mengerti makna dan maksudnya untuk apa. Satu sampai sepuluh tau. Misal enam itu mewakili enam benda, itu belum tentu tau. Itu menentukan hafalan serta daya ingat dia. Dia hanya menyerap tanpa mengerti arti dibaliknya. Dunia anak sebetulnya dunia bermain berarti memberikan anak untuk kesempatan bermain tanpa perlu dia harus belajar, dalam artian misal harus pakai buku yang sangat terstruktur. Biarkan dia mengeksplorasi dunianya dan dia termotivasi belajar karena dia memang mau bukan karena dalam hal orang tua maupun pihak sekolah yang memaksa anak untuk belajar.

Ketika anak diajarkan suatu pembelajaran calistung sejak usia dini, di kemudian hari ketika belajar di kelas anak-anak semua pada belum bisa tetapi dia sudah bisa maka apa yang akan terjadi? Dia akan mendampakkan sebuah hasil yaitu dia akan merasa bosan. "apa sih, kan aku sudah bisa. Kok diulang lagi". Jadi dia menganggap sekolah itu membosankan. Jangan sampai kurikulum di sekolah TK terlalu berat sehingga masuk di sekolah SD justru merasa bosan. Jika tidak sesuai tahapan, anak akan mengalami banyak hal. Misalnya untuk anak usia 0-2 tahun sebetulnya tahapnya sesnsorik-motorik, jadi dia mendayagunakan alat indranya untuk mengenali lingkungannya. Kemudian ketika masuk usia 2-7 tahun  itu adalah tahap psikomotor, dimana setelah itu anak banyak mengenali banyak hal termasuk angka, huruf, bentuk-bentuk. 

Disaat itulah sebetulnya kita bisa mengenalkan anak. Tahap itu ada pembagian lagi dimana ketika masuk ke konsep usia 4, 5-6 tahun disitulah anak mulai belajar calistung. Seharusnya para guru maupun orangtua maupun sekolah-sekolah lain anak jangan disuruh terlalu cepat-cepat untuk belajar calistung. Anak masih membutuhkan suatu adaptasi untuk bisa mengetahui lingkungan disekitar itu bagaimana. Anak itu tidak memerlukan waktu sekian tahun untuk belajar calistung. Ketika anak sudah siap maka kemampuan kognitifnya akan sangat mendukung kemampuan dia menyerap pelajaran apapun. 

Ada pandangan, sejak usia dini banyak sekolah-sekolahan yang mengajarkan anak untuk belajar membaca, menulis dan menghitung (calistung) akan berdampak buruk untuk masa depan anak. Ternyata, seorang pakar ahli yang mempelajari tentang otak atau neurosains sangat tidak menyarankan calistung diajarkan pada anak di bawah empat tahun. "kalau empat tahun ke bawah jangan, Kalau di atas 5 atau 6 boleh". Seorang pakar neurosains DR. Amir Zuhdi saat melaksanakan seminar neurosains bersama komunitas neurosania mengatakan bahwa otak anak saat usia itu belum sempurna melakukan membaca, perhitungan dan juga menulis. 

"Bahayanya karena otak anak itu penangkapannya masih kurang, dan juga justru akan membuat emosi orang tua. Ini yang menyebabkan suatu kebahayaan" katanya. Belum lagi kalau sampai orang tua mengeluarkan serta melontarkan kata-kata yang menimbulkan ketakutan pada anak, itu sangat membahayakan perkembangan otak pada anak. Ia menyarankan agar usia 1-4 tahun adalah bukan memberikan pelajararan yang berat seperti calistung tetapi belajar mengelola emosi dan membentuk perilaku. Janganlah para orang tua, guru, maupun sekolah-sekolah lain untuk mengajari pembelajaran calistung terlebih dahulu sebelum anak menginjak usia 4 tahun ke atas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun