Mohon tunggu...
Latifasya Kholifa
Latifasya Kholifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Public Relations

Saya merupakan mahasiswa semester 5 Public Relations di Universitas Kristen Satya Wacana. Hobi saya adalah membaca novel dan juga memasak. Saya memiliki minat dalam bidang jurnalistik yang kini tengah saya kembangkan secara autodidak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Merdeka Belajar bagi Guru dan Murid

3 Desember 2022   10:42 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dikutip dari https://youtu.be/ZVgzGRsfL7k, terdapat 2 model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam usaha untuk mewujudkan merdeka belajar dalam pembelajaran daring bagi murid. Kedua model pembelajaran tersebut adalah " Own it, Learn it, Share it" ( Lee & Hannafin, 2016) dan " Question Enquiry Review" (Sugarta Mitra, 2012). 

Pembelajaran itu harus memberikan otonomi kepada siswa, locusof control, memungkinkan siswa melakukan pilihan sehingga mereka mendapatkan personal goals. Kemudian dalam proses pembelajaran itu sendiri harus terjadi personal meaning making, scaffolding, dan juga Representation of emerging understanding. Pembelajaran itu sendiri juga akan optimal ketika terjadi sharing, design and development oleh siswa itu sendiri, multiple perspectives, diskusi, dan juga refleksi. 

Pada kenyataannya merdeka belajar diterapkan oleh para peserta didik secara nyata pada sesi belajar synchronous dan asynchronous. Sesi synchronous yang berarti sesi digunakan untuk pertemuan kegiatan pembelajaran antar guru dan murid. Sesi asynchronous yang berarti tidak terdapat pertemuan online, namun murid akan diberikan tugas mandiri oleh guru. Pada sesi tersebut juga murid dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar yang dapat pula dilakukan oleh masing-masing pelajar. Pada akhirnya, makna sesungguhnya dari Merdeka Belajar itu sendiri ada dalam diri masing-masing peserta didik. 

Belajar dapat menjadi suatu hal yang sangat positif, yaitu menjadikan setiap pribadi menjadi mandiri dan juga pribadi yang memiliki kemampuan untuk menentukan cara terbaik bagi dirinya untuk belajar. Lantas, di sini lah arti dari kemerdekaan dalam belajar yang sesungguhnya. Siswa akan bebas dalam berinovasi, tidak lagi terpaku pada aturan-aturan yang mengikat dan mengekang pikiran kritis mereka. dengan membiarkan mereka bebas dalam bereksplorasi, siswa akan mendapatkan wawasan baru, baik dari guru naupun dari sekitar lingkungan sekitarnya. 

Semakin lama karakter siswa akan terbentuk dan menjadi lebih berkompeten dari yang sebelumnya. Itulah yang menjadi tujuan dari merdeka dalam belajar itu sendiri, siswa dituntut untuk lebih berinovasi dan juga bebas. Selain cakap ilmu, mereka juga akan lebih cakap dalam bersosialisasi dengan dunia luar. Siswa tentunya akan menyukai proses belajar yang seperti ini.

Disisi lain, peran tenaga pendidik sangat berpengaruh terhadap berkembangnya kualitas pendidikan yang didapat oleh para peserta didik sesuai dengan Motto Merdeka Belajar yakni 'Merdeka Belajar, Guru Penggerak'. Konsep Merdeka Belajar ini menuntut guru untuk kreatif dalam menyampaikan pembelajaran dengan konsep belajar dalam jaringan (DARING). Adapun peran guru dalam konteks Merdeka Belajar adalah mendorong peningkatan prestasi akademik peserta didik. Peran mendorong peningkatan prestasi akademik murid selaras dengan tujuan Merdeka Belajar yaitu menciptakan generasi hebat di masa yang akan datang. 

Peran ini juga sesuai dengan aspek Profil Pelajar Pancasila yang mengharuskan siswa untuk bernalar kritis dan berakhlak mulia agar prestasi akademiknya dapat terus meningkat. Guru bukan hanya duduk santai dan mengamati siswa di kelas. Guru turut bekerja dalam membentuk dan menerapkan model pembelajaran baru yang lebih inovatif dan berkesinambungan dengan setiap kegiatan pelajaran. Mereka dalam belajar ini bukan semata-mata untuk membebaskan guru dalam mengajar siswa, akan tetapi metode belajarnya saja yang berbeda. 

Metode belajar yang dulunya teacher center kini beralih ke student center. Student centre yaitu kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Siswa akan dituntut untuk lebih aktif di kelas dan guru akan mengawasi kegiatan mereka di kelas. Guru dituntut harus kembali mengasah kompetensinya, terutama dalam menerapkan kurikulum yang telah diberikan serta untuk mewujudkan kompetensi dasar yang sudah dibuat sebelumnya. Bukan hanya meningkatkan skill guru dalam mengajar, tetapi juga dalam sistem pengajaran di kelas pun harus turut diberikan inovasi yang berbeda dari sebelumnya. Apabila sekarang guru masih menerapkan sistem belajar di dalam kelas, saat ini terapkan belajar di luar kelas. Selain mengubah nuansa belajar yang awalnya monoton dan kaku, kegiatan ini akan menambah wawasan siswa dalam berpikir kreatif dan juga kritis. ( blog.kerjacita.id )

Tujuan utama dari inovasi baru ini yaitu menjadi salah satu program inisiatif KEMENDIKBUD Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia dan nyaman, baik bagi para guru maupun peserta didik. Pada dasarnya sistem pendidikan Merdeka belajar bertujuan untuk memerdekakan guru dan siswa. Namun, mengapa Merdeka Belajar itu perlu? Merdeka Belajar dicetuskan sebagai revolusi kultural yang membebaskan semua hal yang sebelumnya terbelenggu dalam sekat-sekat pendidikan, dalam hal ini adalah guru dan murid. Terdapat 4 kebijakan yang dikeluarkan oleh KEMENDIKBUD dalam sistem pendidikan baru tersebut. 

Pertama, Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang akan diganti dengan ujian (asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh unit sekolah. Istilah "Berstandar Nasional" pada USBN akan berubah menjadi "Berstandar Sekolah" di mana ujian dilakukan dengan mempertimbangkan kompetensi seluruh siswa dan kearifan lokal dari setiap daerah. 

Kedua, Ujian Nasional pada tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter dengan tujuan membebaskan peserta didik dari metode belajar menghafal yang berkesan rumit, menuju metode belajar menganalisa dan bernalar.  Ketiga, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru dapat secara bebas membuat, memilih, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun