Note:
Galau dan kekecewaan parah bisa menciptakan banyak inspirasi. Termasuk saat ini.
**
Tengah malam lewat dan berlalu. Hujan baru saja reda. Praktis menciptakan hawa sejuk dan wangi tanah basah. Gadis berpiyama biru itu mulai resah. Kesepian dan resah karena Insomnia akut mendominasi perasaannya.
“Kamu belum tidur?” tanya Hedy di ujung telepon.
“Belum, Kak.” Gadis itu menjawab datar. Melirik jam di ruang keluarga, lalu melangkah pelan ke ruangan luas tempat menyimpan piano dan koleksi buku-bukunya.
“Kamu pasti kesepian ya? Mau bicara denganku? Atau mau kunyanyikan lagu?”
Hedy Tanuwijaya. Mahasiswa Jurnalistik tingkat akhir sekaligus seorang jurnalis muda di sebuah koran lokal. Tampan, pintar, dan aktif di organisasi mahasiswa. Hedy hanya berbeda dua tahun dari gadis itu.
“Nggak usah. Aku juga mau main piano kok. Buat dia.” Tolak si gadis halus.
Hedy menarik nafas. “Albert lagi ya? Maurin, kenapa sih kamu care banget sama dia? Memangnya dia care sama kamu?”
Kalimat terakhir Hedy menusuk tajam lubuk hati Maurin. Langkahnya terhenti tepat di depan piano. Ekspresi wajahnya berubah tegang. Hedy melanjutkan ucapannya.