Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Lain Butuh Kita, Temanilah

21 April 2017   07:49 Diperbarui: 21 April 2017   17:00 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang teman meminta saya menemaninya dalam suatu kegiatan. Kegiatan ini penting juga, sebuah wawancara untuk mengikuti kontes pemilihan duta wisata. Dia sering meminta saran dan bantuan saya selama persiapan mengikuti ajang pageants itu.

Dia terlihat begitu nervous dan kalut. Saya terus menyemangatinya. Saya ceritakan banyak hal untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa gugup. Saya mengingatkannya kembali tentang materi catwalk, public speaking, modeling, Bahasa Inggris, dan kepariwisataan. Tak hentinya saya memotivasi dan menenangkannya.

Sayangnya, saya tak bisa menemani dia wawancara. Sebab pada saat bersamaan saya punya agenda lain. Inilah yang saya sesalkan. Syukurlah dia tidak marah atau kecewa. Dia mengerti kalau saya ada jadwal lain.

Alhasil, saya merasa bersalah. Dalam hati saya mendoakannya agar dia lolos ke babak grand final. Saya tidak tega meninggalkannya sendirian. Saya tidak bisa membiarkan seseorang yang sedang kalut, sedih, kecewa, frustasi, terluka, dan tertimpa masalah sendirian. Nurani saya mengatakan bila saya harus menemani mereka yang tengah menghadapi masalah sendirian.

Saya tahu rasanya kesepian. Saya pun paham paham betapa hancurnya seseorang saat dia tertimpa masalah dan tidak ada yang peduli padanya. Hal seperti itu pernah saya alami. So, apa yang terjadi pada saya jangan sampai dialami orang lain. Cukup saya saja yang merasakan.

Apa poin yang bisa dipetik dari kejadian di atas? Menemani orang lain yang membutuhkan kita. Ingatlah, kita tidak hidup sendiri. Kita membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan kita. Tidak ada manusia yang benar-benar bisa hidup sendiri. Jika tidak percaya, logikanya begini saja. Ketika kita sakit parah sampai tak bisa bangun dari tempat tidur, bisakah kita mengurus keperluan kita sendiri? Bisakah kita makan, minum, dan membersihkan tubuh kita sendiri? Lalu seandainya penyakit kita terlalu parah sampai akhirnya kita meninggal, dapatkah kita memandikan dan memakamkan jenazah kita sendiri tanpa bantuan orang lain?

Sadar atau tidak, dalam hidup kita tetap saling membutuhkan. Kita membutuhkan, kita pun dibutuhkan. Nah, bagaimana jika kita yang dibutuhkan orang lain?

Menjalani kehidupan tak luput dari masalah. Masalah-masalah itu bisa membuat seseorang menjadi stress, frustasi, nervous, ketakutan, shock, dan sedih. Apakah kita akan membiarkan orang lain menghadapi emosi dan permasalahannya sendirian? Tegakah kita meninggalkan mereka dalam keterpurukan dan situasi yang sulit? Saat itulah orang lain membutuhkan kita.

Jangan biarkan orang lain menanggung bebannya sendirian. Hindari bersikap egois dan individualis. Singkirkan jauh-jauh rasa tidak peduli dan apatis dalam diri kita. Akan sangat menyakitkan jika ada seseorang yang tengah didera permasalahan dan emosi negatif, lalu orang lain mengetahuinya, tapi tidak ada satu pun yang peduli atau menemaninya. Bayangkan jika kita ada di posisi dia? Sakit, kan?

Setelah itu, apa yang harus kita lakukan?

1. Dekati dia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun