Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lihat Fisiknya, Bertemanlah dengan Siapa Saja

26 April 2017   06:38 Diperbarui: 26 April 2017   15:00 4251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bukan bermaksud sombong atau show off, tulisan ini semata dibuat untuk berbagi dan mengajak pembaca melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda.  Kejadian ini saya alami sewaktu duduk di Senior High School dan berlanjut sampai masa kuliah sekarang ini.

Saya suka berorganisasi. Untuk itu saya bergabung di beberapa organisasi/ekstrakurikuler/UKM yang saya sukai. Kebetulan, organisasi-organisasi yang saya ikuti sejak sekolah sampai kuliah tergolong favorit dan populer di institusi tempat saya melanjutkan pendidikan. Misalnya saja OSIS, Paduan Suara/PSM, dll. Hanya anak-anak tertentu yang bisa bergabung di sana. Saya bersyukur bisa bergabung.

OSIS MPK adalah organisasi favorit di sekolah saya waktu itu. Terlebih angkatan saya mengukir banyak perubahan positif dan inovasi selama masa bakti kami. Mulai dari program pemilihan Ketua OSIS yang dirancang lain dari pada yang lain, program Green Movement and Peace Organization yang bekerjasama dengan Earth Hour Bandung, Festival Barakah, dll. Intinya, pihak sekolah puas dengan hasil kerja kami.

Seringnya kami rapat, makan, jalan-jalan, dan berkumpul bersama membuat banyak selentingan beredar kalau kami grup eksklusif. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Faktor suka dan tidak suka itu memang wajar. Beberapa orang berkomentar bahwa anak-anak anggota organisasi favorit sama-sama mempunyai penampilan fisik yang lebih dibandingkan yang lainnya. Kata mereka, anak cantik/tampan hanya akan mau berteman dengan anak yang cantik atau tampan juga. Benarkah? Pasalnya, kami tidak merasa cantik atau tampan. Itu hanya persepsi orang lain.

Waktu kuliah, saya ikut PSM. Ternyata, PSM dijuluki sebagai UKM paling hits se-universitas dan isinya gadis-gadis cantik serta pemuda-pemuda tampan dari berbagai jurusan di universitas. Sekali lagi, ada yang menyebut kelompok macam ini eksklusif. Tapi saya tidak percaya. Semua itu tidak benar. Rasanya kami biasa-biasa saja. Sama dengan anak yang lainnya.

Sampai akhirnya, saya membaca hasil studi yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari University of Otago New Zealand dan Oxford University. Mengagetkan, ternyata wanita cantik senang memiliki teman yang cantik. Diambil 172 responden. Tipe wajah mereka telah dinilai dalam tiga kualifikasi: standar, menarik, dan cantik. Ke-172 responden dikumpulkan dalam satu ruangan, lalu diminta mencoba saling berkenalan dan berbaur. Selanjutnya, mereka diminta membentuk kelompok dan berganti-ganti kelompok sebanyak 8 kali.

Hasil penelitian menunjukkan, orang lebih senang berteman dengan mereka yang memiliki kesamaan fisik dan minat. Wanita cantik cenderung lebih dominan dan menjadi pemimpin dalam suatu kelompok.

Antara percaya dan tidak saat saya membaca hasil studi itu. Memang bukan hal baru saat kita melihat sekelompok wanita cantik atau sekumpulan pria tampan berteman. Jalan bersama, mengobrol, dan tertawa begitu akrab. Ternyata itu tak sekedar kebetulan semata, melainkan telah terbukti secara ilmiah.

Kecantikan dan ketampanan adalah anugerah Tuhan. Tidak semua orang terlahir cantik dan tampan. Jika semua orang dilahirkan cantik/tampan, maka tidak akan terjadi keseimbangan. Secara naluriah, seseorang yang rupawan ingin berteman dengan orang yang sama dengannya.

Meski demikian, bukan berarti wanita cantik hanya pantas berteman dengan wanita cantik. Sama halnya dengan pria tampan yang eksklusif, hanya mau berteman dengan pria tampan juga. Rasanya tidak adil jika kita memiliki mindset seperti itu. Coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Dari sudut pandang teman yang dikatakan cantik/tampan/menarik, ada gunanya berteman dengan orang-orang seperti mereka. Tidak percaya? Simak alasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun