Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Evaluasi Isra' Mi'raj: Bagaimanakah Shalat Kita?

24 April 2017   07:19 Diperbarui: 24 April 2017   17:00 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Rajab adalah salah satu bulan yang dimuliakan Allah. Selain Rajab, ada tiga bulan lainnya yang dimuliakan: Muharram, Zulqaidah, dan Dzulhijjah. Pada Bulan Rajab, umat Islam berlomba melakukan puasa sunnah. Sebab di bulan ini, banyak pahala dan keutamaan melakukan amalan puasa sunnah.

Begitu istimewanya Bulan Rajab. Rasulullah SAW bersabda, “Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”

Selain bulan yang dimuliakan, apa lagi keistimewaan Bulan Rajab?

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Nah, itulah keistimewaannya. Di Bulan Rajab, terjadi peristiwa luar biasa. Isra’ Mi’raj. Perjalanan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Masjidil Aqsha (Isra’) dan perjalanan dari Masjidil Aqsha sampai ke Sidratul Muntaha (Mi’raj). Rasulullah diangkat ke langit. Lalu bertemu face to face dengan Allah SWT. Saat itulah pertama kalinya Allah memberikan perintah shalat.

Sungguh luar biasa kekuasaan Allah. Proses Isra’ dan Mi’raj terjadi sangat cepat. Hanya dalam satu malam. Padahal jarak yang ditempuh sangat jauh. Untuk melakukan perjalanan Mekkah-Masjidil Aqsha saja sudah sangat jauh, terlebih menuju langit ketujuh, ke Sidratul Muntaha. Begitu hebatnya kekuasaan Allah.

Semula, Allah mewajibkan umat Islam untuk shalat lima puluh kali dalam sehari. Akan tetapi, Rasulullah memohon keringanan. Sampai akhirnya, Allah memerintahkan umat Islam shalat lima waktu.

Maka dari itu, tak heran jika tanggal 27 Rajab menjadi agenda penting bagi kaum Muslimin. Beragam cara dilakukan untuk merayakan Isra’ Mi’raj. Mulai dari pengajian, tausyiah, sampai ibadah-ibadah khusus semacam puasa sunnah atau zikir. Meski demikian, Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya tidak pernah merayakan momen itu. Para ulama pun masih silang pendapat apakah merayakan Isra’ Mi’raj termasuk bid’ah atau bukan.

Terlepas dari pro dan kontra perayaan Isra’ dan Mi’raj, wajar bila umat Islam ingin memberikan sesuatu yang istimewa di hari yang juga istimewa. Terlebih jika kalangan umat Islam yang mampu, tak ada salahnya membuat seremoni di hari istimewa itu. Sungguh indah ketika kita bisa merayakan sesuatu yang berkaitan dengan momen penting di agama kita.

Eits, jangan lupa. Di tengah semaraknya perayaan Isra’ Mi’raj, akan lebih indah bila kita juga menghayati esensinya. Apa esensi dari peringatan Isra’ Mi’raj?

Evaluasi tentang shalat. Sudah khusyukkah shalat kita selama ini? Bagaimanakah hafalan bacaan shalat dan doa-doa kita? Apakah kita tidak lupa berzikir, membaca shalawat, dan berdoa sehabis shalat? Apakah shalat kita sudah cukup baik dan khusyuk?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun