Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cintai Kelebihannya, Cintai Juga Kekurangannya

4 April 2017   08:52 Diperbarui: 4 April 2017   21:08 4747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mendapat cerita dari seorang wanita. Si wanita sedih lantaran disuruh bercerai dengan suaminya oleh kakaknya sendiri. Alasannya karena suami dari wanita itu tidak bisa memberikan keturunan.

Si wanita tak mau berpisah. Ia sangat mencintai suaminya. Ia bisa menerima kelebihan dan kekurangan suaminya sepenuh hati. Saya memahami perasaan wanita itu.

Bila saya di posisinya, saya pun tidak akan berpisah. Saya akhirnya memberikan solusi untuk proses adopsi anak. Tidak bisa memberikan keturunan bukan berarti tidak boleh punya keluarga yang lengkap, kan? Masih ada jalan keluar, misalnya dengan adopsi.

Merenungi cerita menyedihkan itu, saya bertanya-tanya. Apakah pasangan hidup harus berpisah hanya karena adanya kekurangan? Tidak bisakah mereka mencintai kelebihan sekaligus mencintai kekurangan pasangannya? Adilkah bila perpisahan terjadi hanya karena kekurangan yang dimiliki pasangannya?

Sejatinya, Tuhan menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan. Tak ada manusia yang betul-betul sempurna. Baik dari segi fisik maupun karakternya. Kehadiran orang lain seharusnya diterima dalam hidup kita untuk melengkapi diri kita. Bukan untuk dipisahkan, apa lagi disakiti.

Mudah untuk menerima kelebihan orang yang kita cintai. Namun sulit untuk menerima kekurangannya. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, cintai kelebihannya dan cintai kekurangannya. Jangan jadikan kekurangannya sebagai alasan untuk berpisah. Justru kita bisa menjadikan kekurangannya sebagai alasan untuk terus mencintainya, bertahan di sisinya, dan selalu ada untuknya.

Apa pun kekurangannya, tak menghalangi seseorang untuk bahagia. Setiap orang pantas dicintai dengan kelebihan dan kekurangannya. Pertanyaannya adalah, bagaimana mencintai kekurangan orang yang kita cintai?

1. Identifikasi kekurangan dia dan kekurangan diri kita. Coba identifikasi apa saja kekurangan dalam diri orang yang dicintai, lalu identifikasi kekurangan dalam diri kita. Hal itu akan membantu mengenali diri kita dan dia yang kita cintai. Identifikasi pun dapat mencegah kita dari sifat sombong dan merasa diri lebih sempurna. Setelah diidentifikasi, bisa jadi kita mendapati fakta bahwa orang yang kita cintailah yang lebih sempurna.

2. Lihat ke bawah, bukan ke atas. Jangan melihat orang-orang yang lebih sempurna dari orang yang kita cintai. Hal itu akan menyakiti dirinya dan diri kita. Sebaliknya, lihatlah orang-orang yang kualitasnya berada di bawah orang yang kita cintai. Maka kita akan bersyukur. Maka kita akan bangga memiliki dia.

3. Tutupi kekurangannya dari orang lain. Saat kita mengajak orang yang kita cintai masuk ke dalam lingkungan kita, memperkenalkannya di depan publik, dll, tutupi kekurangannya. Banggakan dia, perlakukan dia dengan romantis dan penuh kasih. Tunjukkan pada dunia bahwa kita bangga memiliki dia di hidup kita.

4. Jangan ungkit kekurangannya saat konflik. Ada kalanya dua orang yang saling mencintai terlibat konflik. Dalam emosi yang memuncak, sadar maupun tidak mereka mengungkit kekurangan orang yang dicintai. Hal ini berisiko menjatuhkan mentalnya. Membuatnya merasa kecil, rendah diri, dan tak berguna. Hindari menyebut kekurangannya saat terlibat pertengkaran dan konflik. Semarah apa pun kita padanya, janganlah sakiti perasaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun