Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Manja? Tak Selalu Buruk

17 Februari 2017   08:42 Diperbarui: 17 Februari 2017   08:47 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata seseorang, saya punya bakat manja. Bakat itu masih ada sejak kecil sampai sekarang. Saya mengakuinya, namun saya hanya bermanja-manja pada orang-orang yang paling dekat. Pada orang lain yang tidak begitu dekat, saya segan memperlihatkan bakat manja.

Pernah suatu ketika salah satu anggota keluarga menjuluki saya sebagai anak manja. Dia mengatakannya sambil bercanda. Apa reaksi saya? Tertawa dan berputar anggun di depan cermin. Memainkan tepi gaun putih yang saya pakai. Anehnya, keluarga besar justru tertawa menyaksikan tingkah saya. Kejadian itu saya alami saat saya berumur 6 tahun.

Siapa bilang anak manja selalu buruk? Asalkan kemanjaan itu masih wajar dan bisa diolah secara positif, tak perlu melekatkan stigma negatif.

Banyak yang menyalahkan orang-orang yang terlalu memanjakan anak. Mereka dianggap kurang mengerti ilmu parenting. Anak manja diprediksi tumbuh menjadi pribadi yang pembantah, keras kepala, pemalas, egois, tidak percaya diri, dan tidak punya inisiatif. Apakah prediksi itu selalu benar? Mari kita lihat dari sudut pandang berbeda.

Setiap anak berhak dimanjakan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Memanjakan anak bukan hanya hak orang kaya saja. Siapa pun, dari keluarga miskin atau kaya, berhak memanjakan anak. Memanjakan anak dilandasi faktor kasih sayang dan keinginan yang kuat untuk membahagiakan anak.

Anak tunggal, anak bungsu, anak sulung, anak yang paling tampan/cantik, anak terpandai, dan anak dengan kondisi istimewa biasanya yang berpotensi untuk lebih dimanjakan. Situasi-situasi yang mereka alami memerlukan perhatian ekstra dari keluarga dan orang terdekat.

Jika porsi memanjakan anak terlalu berlebihan, akibat-akibat negatif bisa terjadi. Namun jika memanjakan anak masih dalam batas wajar, ada pula akibat positif yang dirasakan si anak.

Anak manja tapi berada dalam batas wajar akan tumbuh menjadi pribadi yang penyayang. Ia tahu bagaimana rasanya dimanjakan dan disayangi. Ia akan mengaplikasikan hal itu pada orang-orang yang disayanginya. Ia tahu bagaimana cara terbaik untuk memanjakan dan menyayangi orang lain. Kelak jika ia dewasa, ia bisa menjadi orang tua yang baik untuk anaknya.

Hal positif lainnya adalah tingkah lucu, imut, dan selera humor yang tak pernah luntur dari si anak manja. Lantaran dibesarkan dalam lingkungan yang baik, tidak kekurangan kasih sayang, dan selalu bahagia, anak seperti ini tak pernah kehabisan cara untuk bertingkah lucu dan imut. Ia memikat semua orang dengan tingkah lakunya yang menggemaskan. Anak tipe ini takkan kehabisan bahan candaan dan mempunyai selera humor yang baik saat berinteraksi dengan keluarga serta orang-orang terdekatnya. Di keluarga besar, ia menjadi pusat perhatian. Ia bisa membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

Berikutnya, anak yang mendapat haknya untuk dimanjakan dan diberi kasih sayang takkan ragu untuk menjadi penebar kasih bagi orang lain. Merasa dirinya dicintai, ia akan memberikan cinta kasih yang sama. Ia ingin orang lain ikut merasakan apa yang ia rasakan.

Supel dan berjiwa muda adalah dampak positif yang tak kalah pentingnya. Anak yang dimanjakan dalam batas wajar dan mendapat limpahan kasih sayang dapat berkembang menjadi pribadi yang supel. Ia teman yang baik dan menyenangkan. Ia selalu ingin berjiwa muda meski telah tumbuh dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun