"Papa terlalu sibuk. Papa punya dunia sendiri. Papa menghilang dari sisiku. Ayah yang lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku."
"Hey Dear, no ... no, you don't loose me. I won't leave you. You can cry to me as long as you want. You can lend my shoulder. Trust me, I won't leave you. You have my shoulder to lean on."
Dua quotes di atas adalah kutipan dari novel Voice. Ini bukunya Young Lady yang keduabelas...horeee. Percaya kaaan? Di tengah pandemi Corona, masih ada kabar indah.
Voice merupakan sekuel dari kisah Papa dan Ayah. Sebagian cerita Papa dan Ayah pernah tayang di Kompasiana tahun lalu. Berbeda dengan Papa dan Ayah, Voice ditulis dari sudut pandang orang kedua dengan kata ganti 'kamu'. Abisnya waktu itu Young Lady cantik bosan menulis pakai sudut pandang orang ketiga.
Kalau merunut ke belakang, Voice ditulis dengan perasaan kesal. Actually, Young Lady menumpahkan kekesalan pada seseorang lewat kisah. Ah sudahlah, penyebab kesalnya tak usah diceritakan ya.
Kesal membawa berkah. Di luar dugaan, novel ini mencuri hati Kak Aksa S. Ahmad selaku pimred AT Press Lombok. Mengutip dari postingannya di laman Facebook, naskah Voice tanpa cela...wow. Young Lady memang tidak pernah suka tokoh wanita sebagai lakon sejak dulu. So, tokoh prialah yang biasanya memegang peran utama. Sudah terlalu banyak novel yang ditulis dengan sudut pandang tokoh wanita.
4 hari Young Lady habiskan untuk menulis novel cantik ini dari awal hingga akhir. Beberapa momen di dalamnya berasal dari kejadian nyata, seperti Empu (pameran kain tenun serat pewarna alam), vonis mandul yang dituturkan seorang teman, pernyataan cinta di skylevel pada malam Natal, et all. As usual, Young Lady menggunakan sosok-sosok yang sungguh nyata sebagai inspirasi dalam penulisan novel. Namun, tentu saja tak semua orang yang ditemui Young Lady tergolong novelable. Hanya orang-orang terpilih yang bisa menginspirasi. Kalau di novel Voice, sebut saja ada Adica Wirawan as Adica Wirawan, Belda Raissa as Raissa, Ronald Wan as Ayah Calvin, dan Leya Cattleya as Alea.
Oh ya, novel Voice ini ada soundtracknya loh. Bahkan soundtracknya menggunakan Bahasa Inggris. Teman baik Young Lady, seorang penulis puisi berbahasa Inggris yang produktif, membuatkan album berisi beberapa soundtrack untuk Voice. Keren kaaan?
Young Lady ingin berterima kasih. Terima kasih pada Tuhan yang melancarkan ide-ide mengalir sederas rinai hujan. Terima kasih pada tokoh-tokoh yang menjadi lakon di Voice. Thanks to Belda Raissa Amadeus untuk albumnya yang keren. Belum pernah kulihat kamu seproduktif ini, Dear. Terima kasih pada Kak Aksa S. Ahmad untuk kerja cepatnya, untuk semua yang telah dilakukan. Dan terima kasih pada malaikat tampan bermata sipitku yang selalu mendampingi serta memberi testy. Untuk kalian semua, terima kasih sebesar-besarnya. I'm honoured.
Kompasianer, sudahkah kalian menulis buku?