Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ayah, Ada Balon di Kakiku

18 April 2020   06:39 Diperbarui: 18 April 2020   06:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak heran bila sebagian besar baju Silvi berlengan panjang. Selalu saja ia berdalih pada Bunda Manda kalau dia suka baju yang lengannya menutup rapat. Padahal itu semata untuk menutup baret-baret luka.

Tak pernah luka Silvi separah itu sebelumnya. Silvi jarang mengobati luka. Luka-luka itu akan sembuh dengan sendirinya.

Tapi kini...

Torehan besar memanjang bertransformasi menjadi balon. Blon yang memberati kaki Silvi. Membuat pemiliknya hanya bisa berbaring di ranjang.

Dicobanya mengangkat kaki. Sakit, amat sakit. Kaki yang pernah ditertawakan teman-temannya. Saat itu, tak sengaja rok seragam sekolahnya tersingkap sedikit. Mereka melihat kaki Silvi dan mengejeknya. Bahkan salah seorang teman tega membandingkan kaki Silvi yang penuh luka dengan kaki anak lain yang lebih mulus.

Sikap penolakan sebagian besar teman sekolahnya pula menjadi alasan lain Silvi terus melukai diri. Tercabik perasaan tak diterima, gadis kesayangan Bunda Manda itu kian ganas menggurat luka. Luka-luka di tangan dan kakinya bertambah. Dan balon merah berdarah itulah klimaksnya.

Kala mata Silvi hampir terpejam, didengarnya deru mobil. Itu pasti mobil Ayah Calvin. Telinganya sudah hafal deru lembut mobil Ayahnya.

Jika kedua kakinya sehat, Silvi bakal berlari ke pintu depan. Tak bisa dia melakukannya lagi. Alih-alih membukakan pintu, Silvi menangis.

"Ayaaaah...Bundaaaaaaa!" jerit Silvi keras-keras. Teriakannya bercampur tangis.

Derap langkah dua pasang kaki adu cepat. Dalam hitungan detik, Ayah Calvin dan Bunda Manda menghambur masuk ke kamar Silvi.

"Silvi, ada apa, Sayang?" tanya Bunda Manda terengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun