Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

19 Letters, Novel, dan Web Series yang Menginspirasi

24 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 24 Januari 2020   06:13 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di bawah langit biru,

sang bunga, putri angsa, dan peri kecil berjumpa.

Kalimat di atas membuka cerita 19 Letters yang ditulis owner Unaroma Picture. Membaca pembukanya saja sudah menggelitik hati Young Lady.

Kompasianers, berapa lama kalian menjalani masa SMA? 3 tahun? Kalau iya, berarti kalian sama dengan Young Lady cantik.

Tapi, kita beda dengan Dinar, Gia, dan Zahra yang menjalani masa SMAnya hanya dalam waktu 2 tahun. Kenapa cobaaaa? Ya, karena mereka anak kelas akselerasi! Wow, hebat banget ya. Susah loh, masuk akselerasi.

Di sinilah letak keistimewaan 19 Letters, novel dan web series yang digarap oleh orang yang sama. 19 Letters merupakan true story dari pembuatnya, hanya saja isi cerita lebih dikembangkan konfliknya. 

Berkisah tentang Dinar, Gia, Zahra, dan 16 anak di sekolah favorit yang masuk seleksi kelas akselerasi. Eits, jangan salah. Di novel dan web series ini, kalian akan menemukan bahwa kelas akselerasi tak selamanya menyeramkan. 

Tak semua anak akselerasi lekat dengan image nerd, antisosial, kutu buku, dan kacamata tebal. Di sini kalian bakal mendapati anak-anak aksel yang bisa bersosialisasi, aktif di kegiatan nonakademis, bahkan mengikuti ekskul.

Honestly, Young Lady cantik lebih suka pembuka novelnya dari pada pembuka web seriesnya. Di web series, cerita dibuka dengan adegan Dinar memulai hari pertama sekolah. 

Jenis pembuka seperti ini sudah sering digunakan. Sebaliknya, novel dibuka dengan rangkaian kata indah, Dinar yang menangis, dan fragmen danau serta udara dingin. Itu lebih menyentuh.

Tuh lihat, banyak kan viewersnya? Hingga tulisan cantik ini dibuat, 19 Letters episode 1 telah ditonton lebih dari 745 ribu! Ada yang unik dalam web series 6 episode ini: pembuka dan penutupnya sama-sama dijalankan narator. Narator hanya bersuara di episode pertama dan terakhir.

Overall, 19 Letters berbeda dari kebanyakan kisah remaja lainnya. No love story, no cinta-cintaan. Yang ada hanyalah persahabatan sekelompok anak pintar. Novel dan web series ini makin berwarna dengan kompleksitas karakter tokohnya yang beragam. 

Misalnya Dinar yang anak perantauan, Gamma yang sangat pintar tetapi dinginnya menyamai Samudera Antartika, Gia yang cuek dengan pelajaran tetapi ingin menjadi dokter, dan Zahra si atlet hoki yang menyembunyikan kondisi kesehatannya. Novel dan web series ini wajib dinikmati remaja di seluruh Indonesia.

By the way, dari kita ngobrolin 19 Letters, siapa sih pembuatnya? Yups, pembuatnya adalah teman Young Lady. Namanya Dinda Unaroma. Dia filmmaker sekaligus pendiri Unaroma Picture. Dia pulalah yang berjuang menulis dan menerbitkan novel 19 Letters.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun