Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlukah Memercayai Orang yang Telah Lama Meninggalkan Kita?

9 Januari 2020   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2020   08:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dimana Papa saat aku butuh? Dimana Papa saat tanganku berdarah? Dimana Papa saat aku menelpon dan minta diantarkan ke lokasi LKO? Papa menghilang dari sisiku, Papa tidak pernah ada."

(Voice, part 8).

Aduh, pembukaan macam apa ini? Young Lady malah promosi (baca: spoiler) isi novel terbaru Young Lady, sekuel dari novel Papa dan Ayah. Tapi setidaknya, quotes itu menggambarkan apa yang ingin dibahas kali ini.

Pernahkah kalian ditinggalkan seorang teman, lalu teman itu tetiba muncul lagi di hidup kalian? Young Lady cantik pernah mengalaminya, bahkan belum lama terjadi.

Selepas lulus kuliah, hal pertama yang dilakukan Young Lady adalah left grup kelas dan uninstal Line. Young Lady ingin menghapus jejak dari seluruh teman sekelas agar mereka. Angkatan 15, angkatan tempat Young Lady bergabung, benar-benar angkatan yang tidak menyenangkan.

Begitu juga ketika pertama kali Young Lady mengaktifkan Facebook lagi. Bersih-bersih FB, unfriend semua teman sekolah, dan menggantinya dengan teman-teman kompasianer.

Absurd, terkesan jahat, tapi menurut Young Lady itu adalah pilihan terbaik. Keinginan Young Lady sederhana: hidup tenang hanya bersama sedikit orang yang benar-benar berarti.

Masa sekolah dan kuliah bukan masa yang indah. Buat Young Lady, kebahagiaan bersekolah hanya ditemukan ketika menuntut ilmu di sekolah swasta dan sekolah luar biasa. Sekolah negeri adalah neraka bagi minoritas.

Sedangkan Young Lady sama sekali tak bahagia selama melanjutkan studi di universitas. Di masa-masa itu, Young Lady sering dibully, dibentak teman sendiri (padahal Young Lady paling takut dengan suara keras), selalu kesulitan mendapat kelompok saat tugas, dan dijejali perasaan unwanted plus unloved gegara kelakuan mereka.

Tetiba saja, beberapa bulan terakhir, seorang teman kuliah datang lagi dalam hidup Young Lady. Padahal selama sekelas dengannya kami tak akrab. Dia tak pernah duduk di samping Young Lady, tak pernah berdiri di depan Young Lady untuk melindungi, dan tak pernah memberi Young Lady momen pertemanan yang menyentuh.

Lalu tanpa diundang tanpa permisi, ia datang lagi. Ia nyatakan rasa sayang, support yang tulus, bahkan menghadiahi Young Lady album khusus bertajuk Calvin Wan series untuk mengapresiasi cerita Young Lady.

Oh, kalian harus lihat album itu. Dia menulis banyak puisi untuk Adica, menceritakan "Calvin Wan" dalam puisi lainnya, menyebut Cattleya, Little Jose, dan Silvi pula.

Sayangnya, sampai saat ini Young Lady masih ragu. Ragu terhadap kebaikannya. Ragu terhadap ketulusannya. Sebab selama menjadi teman sekelas, dia tak pernah ada untuk Young Lady.

Ok, balik lagi ke pertanyaan awal. Perlukah mempercayai orang yang telah meninggalkan kita? Kalau kalian tanya Young Lady, jawabannya tidak perlu. 

Bisa saja orang yang lama meninggalkan kita dan tidak peduli sementara jelas-jelas dia ada di depan kita saat terjadi masalah, sebenarnya orang tersebut memiliki motif lain. Mungkin saja orang tersebut hanya ingin memanfaatkan kita. Atau lebih parah lagi, orang itu ingin menyakiti kita.

Ketidakpedulian, pengabaian, pembiaran, sama sakitnya seperti perlakuan kasar, stereotip, diskriminasi, dan perundungan. Pengabaian dan pembiaran sama saja mendukung berlangsungnya proses menyakiti orang lain. =

Pelakunya tak peduli padahal sebuah proses negatif tengah berlangsung di depan matanya. So, buat apa orang semacam itu dipercaya untuk kembali?

Seleksi Tuhan terus berlangsung. Begitu juga seleksi hati. Hati kita diberikan kebebasan memilih, memilah, mempercayai, dan tidak mempercayai. Berhati-hatilah saat mengizinkan orang yang telah lama meninggalkan kita yang mencoba memasuki kehidupan kita. Bisa saja ia membawa madu di tangan kanan dan racun di tangan kiri.

Kompasianer, pernahkah kalian didatangi orang yang telah lama membiarkan kalian sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun