Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah Special Part] Anak Tunggalku, Belahan Jiwaku

6 Desember 2019   06:00 Diperbarui: 6 Desember 2019   06:05 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati Silvi tak seexcited itu saat dirinya pulang dari kantor. Lihatlah, Silvi begitu senang mendengar derap langkah sepatu Calvin. Derap langkahnya sendiri tak cukup menyenangkan Silvi. Putri tunggalnya sudah terlalu dekat dengan kakak kembarnya.

Lihatlah, Silvi menempel erat dipeluk Calvin. Silvi tak ragu dekat-dekat Ayahnya walau kondisi kesehatan sang ayah kurang baik. Hati Adica memberontak, menjerit, menangis. Ia ingin sakit juga agar disayang Silvi.

Tak tahan lagi, Adica menaiki tangga pualam. Pintu kamar dibantingnya tanpa sadar. Pria berjas grey itu melemparkan tubuhnya ke kursi piano. Piano berdenting menyentuh jiwa. Adica bernyanyi dengan suara lembut.

... (Park Hyo Shin-Snow Flower).

Adica meremas rambutnya marah. Kenapa Silvi tak sedekat itu dengannya? Kenapa justru dengan Calvin yang mudah sakit ia begitu sayang?

Untuk pertama kalinya, Adica merasa tersaingi dengan Calvin. Sejak kecil ia menerima kalau dirinya dan Calvin beda nasib dan beda perlakuan pula. Calvin yang disebut sakit-sakitan, tak sekuat adiknya, dan mendapat limpahan cinta dari seluruh keluarga. Calvin yang jarang ikut pelajaran Olahraga semasa sekolah, pernah home schooling karena kesehatannya, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, dan ditunjuk menjadi komisaris utama karena keterbatasannya, justru piawai sekali mengurus Silvi. Banyak yang meragukan Calvin bisa menjadi ayah yang baik. Nyatanya? Ya lihat sendiri.

"Shame on you, Calvin Wan!" teriak Adica frustrasi.

Ia melompat bangun, lalu menarik laci mejanya. Setumpuk album foto lama dikeluarkan. Foto-foto Calvin dirobeknya jadi dua. Foto-foto bertiga-dirinya, Calvin, dan Silvi-ia gunting di bagian wajah Calvin. Lantai kamarnya dipenuhi robekan foto kakak kembarnya sendiri. Menyesal? Tidak, Adica melakukannya dengan kesadaran penuh.

Kesadaran itu lahir dari rasa cemburu. Kini ia benar-benar cemburu pada Calvin. Kali pertama dalam hidupnya, Calvin merebut apa yang Adica miliki. Biasanya yang terjadi malah sebaliknya.

**   

Keesokan paginya, Calvin demam. Si adik kembar tak tega juga. Demi Calvin, Adica tinggalkan sejenak kursi direktur di kantornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun