Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah Special Part] Bukan Papa yang Hebat

5 Desember 2019   06:00 Diperbarui: 5 Desember 2019   06:01 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tolong antar saya ke rumah sakit," pinta Calvin di sela helaan nafasnya yang memberat.

Supir menurut tanpa kata. Jaguar hitam itu dilarikannya ke rumah sakit. Segera saja Calvin mendapat perawatan terbaik dari tim dokternya.

Begitu tahu kakak kembarnya tumbang, Adica sedih dan marah. Semua pekerjaan ditinggalkan. Agenda meeting ditangguhkan. Adica menghabiskna seluruh waktunya menemani Calvin.

Selama dirawat di rumah sakit, yang dipikirkan Calvin hanyalah Silvi. Apakah anak tunggalnya makan dengan benar? Apakah baju-baju Silvi telah dicuci dan disetrika? Siapa yang memasakkan bekal dan membuatkan kue untuknya. Alhasil Adica jadi korban keresahan Calvin.

"Diam, bodoh! Jangan menginterogasiku terus!" Adica meledak marah di hari ketiga. Pasalnya, Calvin terus saja menanyainya tentang Silvi.

"Ya, aku memang bodoh. Dari dulu tak sepintar dirimu." Timpal Calvin sedih.

"Aku bisa jadi komisaris utama karena perusahaan itu diwariskan untukku. Kamu memang lebih pintar dariku, lebih hebat, lebih segala-galanya. Tapi asal kamu tahu, cintaku untuk Silvi lebih besar darimu."

Kata-kata yang meluncur dari bibir Calvin serasa menyilet hati Adica. Ia sadar, dirinya tak selonggar Calvin soal waktu luang. Calvinlah yang mengambil alih tanggung jawab merawat Silvi 95%. Kakak kembarnya itu tak pernah mengizinkan Sonia menyetrika baju Silvi, mencucikannya, memandikan, menyuapi, atau melakukan kegiatan apa pun yang menyangkut Silvi. Ia sendirilah yang melakukan semua itu.

"Pergilah, Adica. Aku bisa mengurus diriku sendiri dan akan segera keluar dari rumah sakit. Pergi dan uruslah perusahaan seperti yang selalu kamu lakukan." Usir Calvin halus.

Ragu-ragu Adica melangkah pergi. Tidak, tentunya ia takkan sungguhan meninggalkan Calvin. Dibiarkannya Calvin sendiri untuk sementara waktu. Ia tetap berada di lingkungan paviliun rumah sakit.

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun