Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah Special] Tangan Berdarah

27 November 2019   06:00 Diperbarui: 27 November 2019   06:08 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku tidak berharga. Tanganku, kakiku, seluruh anggota tubuhku, dan hatiku, semuanya tak berharga." Aku meracau, menyembunyikan wajah di lengan Ayah.

"Tidak boleh menyebut diri begitu, Sayangku."

Aku meratap. Aku tak bisa membanggakan Ayah. Padahal Ayah telah berbuat banyak untukku. Masih terasa perih hatiku saat mengingat ucapan perempuan berhijab di acara semalam.

"Ayah ..."

"Iya, Sayang?"

Ayah membungkuk, mendekatkan wajah padaku. Kurasakan hangat nafasnya dan wangi tubuhnya begitu menenteramkan perasaanku.

"Aku tidak mau pisah dari Ayah," lirihku.

"Tidak, Sayang. Tidak ada yang memisahkan kita. Silvi jangan begitu lagi ya."

"Saat Ayah tidur, atau saat Ayah tak bisa menemaniku karena keperluan lain, keinginan untuk menyayat tangan sampai berdarah sangat kuat."

Saat kuutarakan hal itu, perasaan tak berharga terus mengusikku. Diriku memang tidak berharga. Tidak membanggakan. Tidak layak didengarkan.

Pelukan hangat Ayahku begitu meneguhkan. Ayah mencium keningku. Ia bernyanyi lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun