Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah] Buku Best Seller

20 November 2019   06:00 Diperbarui: 20 November 2019   06:14 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buru-buru Ayah menutup aplikasinya. Kenapa dia terkesan menyembunyikan isi smartphonenya dariku? Tidak, mungkin hanya perasaanku.

Kupandang Ayah lekat-lekat. Pria pucat itu masih mengenakan apron. Pasti Ayah habis memasak. Rajin sekali Ayahku. Padahal, mudah saja dia meminta bantuan Sonia atau memesan makanan via aplikasi.

"Ayah, kapan Papa baikan lagi sama kita?" tanyaku sedih.

Ayah membelai-belai punggungku. "Kemarahan datang dan pergi pada waktunya, Sayang."

Aku terbelalak. Kata-kata Ayah persis Frater Gabriel.

Setengah jam kemudian, kami sarapan bertiga. Wajah dingin Papa tersembunyi di balik koran pagi. Orang di luar sana akan menganggap Ayah dan Papa aneh karena masih berlangganan koran cetak. Tapi, mereka memang merasa lebih nyaman membaca koran fisik ketimbang berita daring.

"Papa mau roti panggang? Aku ambilin ya," tawarku.

Papa tak menjawab. Ia sibuk membalik halaman korannya. Kusorongkan piring keramik berisi beberapa potong roti panggang. Sedihnya, Papa sama sekali tak menyentuh roti panggang itu. Ayah menatap Papa memohon.

"Adica...anakmu bicara. Dia menawarimu sarapan. Jangan baca koran terus."

"Diam! Kalian sarapan saja sana! Aku tidak lapar!" ketus Papa.

Aku meneguk saliva, miris. Kenapa Papa seketus itu? Kurasakan Ayah mencium ubun-ubunku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun