Mata Calvin tak puas-puas memandang Silvi. Ia akan ada di dekat anak cantik itu, selalu ada. Firasatnya membisikkan, ia harus berada di dekat Silvi selama makan malam berlangsung.
Ruangan kelas hanya diterangi lilin. Meja-meja bertaplak putih terisi dua kursi. Tiap meja dipasangi lilin di atasnya. Seakan ada tangan tak kasat mata yang menyalakan lampu di otaknya, Calvin paham. Peserta LKO akan makan malam berpasangan. Ini menarik sekaligus menyedihkan.
Dugaannya tepat. Silvi tak kebagian berpasangan. Sambil melepas apronnya, Calvin menghampiri Frater Gabriel.
"Temanilah anak saya makan malam," pintanya.
Frater Gabriel menggeleng.
"Tolonglah. Anda lihat sendiri, kan? Anak saya sendirian."
"Biarkan dia sendirian kalau begitu."
Teganya Frater Gabriel. Frater statusnya, baja hatinya.
"Anak saya berbeda, dia spesial di antara lainnya. Tegakah Anda biarkan dia satu-satunya peserta LKO yang tidak punya pasangan?"
Frater Gabriel mematung.
Sementara peserta lainnya mulai makan bersama pasangan masing-masing, Silvi belum menyentuh alat makannya. Dia bingung dan kesepian. Dia masih menunggu pasangannya.