Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ayahku Ada Dua

12 November 2019   06:00 Diperbarui: 12 November 2019   19:53 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayah sudah menyiapkannya. Kamu pakai ya. Anak Ayah sudah besar..."

Kuterima pembalut putih dari tangan Ayah. God, aku tidak bisa memakainya! Ayah paham. Dan...kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ayah mengajariku memakai benda itu. Dilekatkannya pembalut bersih pada sehelai celana dalam baru yang masih bersih. Aku terkesan, sungguh terkesan. Silakan menyebut keluarga kecilku tidak waras.

Memang beginilah adanya. Seorang pria dewasa membantu anak gadisnya memasang pembalut wanita. Begitu luas pengertian pria tersebut. Sadar kalau anak gadisnya tumbuh tanpa pendampingan wanita dewasa, pria itu menjalankan peran dobel sebagai ayah merangkap ibu.

"Calvin, Silvi, ada apa? Sorry, tadi Papa beresin slide presentasi dulu. Nanti siang ada rapat penting."

Papa berlari-lari memasuki ruang kerja. Aku mengerucutkan bibir. Sudah terlambat.

"Adica, anak kesayangan kita sudah besar." Ayah mengumumkan dengan gembira.

"Apa maks...? Oh my God! Really?"

Selesai dengan urusan pembalut wanita, kami sarapan bersama. Ayah membuatkan pai berisi vla dan keju untuk kami. Kue buatan Ayah terasa enak seperti biasa.

"Aduh, perutku sakit. Kalau menstruasi rasanya kayak gini ya?" rintihku.

Kurasakan belaian Ayah di kepalaku. "Silvi nggak usah masuk sekolah ya. Istirahat dulu aja."

Aku menggeleng kuat. Tidak, aku harus masuk. Hari ini waktunya Frater Gabriel bertemu dengan calon-calon anggota OSIS. Masa aku tidak masuk sekolah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun