Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Broken Home", Jangan Sampai "Broken Kids"

28 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:13 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaliknya, orang tua dari teman-temannya Young Lady justru tidak berbakat menjadi orang tua. Motherly nggak, fatherly nggak, menghancurkan hati anak iya.

Apa yang terjadi, telah terjadi. Kertas putih yang dinodai tinta hitam takkan mungkin sebersih sebelumnya. Yang bisa dilakukan anak hanyalah menerima kenyataan kalau orang tua mereka memang tidak berbakat menjadi orang tua. Anak tidak bisa memaksakan orang tua mereka untuk menjadi ideal.

Eits, bukan berarti broken home harus broken kids. Saatnya anak-anak broken home melawan stigma itu. Bukan masanya lagi bila anak broken home bakal menjadi broken kids. Bagaimana melawannya?

  1. Membalas dendam. Jangan kaget dulu. Yang dimaksud membalas dendam di sini, caranya sangat positif. Balas dendam yang paling manis adalah menjadi yang terbaik. Ya, tunjukkan kalau kalian anak-anak broken home yang high quality. Kalian boleh saja berasal dari produk rumah tangga berantakan, tetapi jangan biarkan hidup kalian berantakan. Tanamkan motivasi dalam diri bahwa kalian harus menunjukkan yang terbaik di depan ortu kalian yang tidak berbakat itu. Jangan sampai kalian jadi seperti mereka. Kalian harus seratus kali lipat lebih baik.
  2. Menerima kenyataan. Ini penting, mylove. Sebelum mencari solusi, terima dulu kenyataan. Keluarga kalian ya hancur. Kenyataan kok. Setelah hati kalian menerima, barulah kalian bisa mencari solusi. Tahu nggak apa sebab anak broken home menjadi sedih, marah, dan merasa bersalah? Itu karena mereka belum menerima kenyataan. Coba saja mereka menerima kenyataan dari awal. Pasti mereka mampu bangkit lebih cepat.
  3. Berkumpul dengan orang-orang berenergi positif. Memang benar bahwa motivasi terbaik datang dari diri sendiri. Bukan berarti anak broken home harus terus menyendiri. Let's go, Dear. Patahkan stigma bahwa anak broken home itu pemurung dan penyendiri. Berkumpullah dengan orang-orang berenergi positif. Dekati sosok-sosok inspiratif yang kalian kagumi. Energi positif akan tertular pada kalian dengan mudah.
  4. Perbanyak kegiatan sosial. Anak broken home sering dicibir nakal, antisosial, agresif, dan emosional. Helloooo, bukan waktunya lagi untuk dicibir. Perbanyak kegiatan sosial yuk. Kunjungi panti asuhan, bermain dengan anak-anak yang lebih naas dari kalian, dan rasakan kesyukuran. Mengusir rasa marah lantaran keluarga berantakan dapat dilakukan dengan memperbanyak kegiatan sosial.
  5. Berani membangun hubungan romantis dengan lawan jenis. Milyaran penduduk dunia, mana ada sih yang pure sama kayak orang tua kalian yang nggak berbakat itu? So, beranilah membangun hubungan romantis dengan lawan jenis. Buktikan kalau anak broken home bisa berhasil dalam love and relationship. Mencari pasangan yang baik dan tulus sesulit mencari sepotong jarum di tengah gunungan pasir. Meski sulit, kemungkinan selalu ada.
  6. Minta dipeluk Tuhan. Jangan sampai kalian justru menyalahkan Tuhan atas kebodohan ortu kalian. Tidak, bukan Tuhan yang salah. Tetapi ortu kalian yang merusak jalan cerita. Dari pada menyalahkan, lebih baik minta dipeluk olehNya. Mintalah kekuatan padaNya, Dia pasti akan menguatkan.
  7. Tanamkan dalam diri, bahwa kalian berarti. Ok, poin terakhir ini Young Lady tuliskan setelah berbicara dengan "Calvin Wan". Perasaan unwanted rentan dialami anak broken home. Sekarang waktunya say good bye sama perasaan itu. Caranya? Dengan menanamkan sugesti bahwa diri kalian berarti. Cintai diri sendiri. Akui kelebihan kalian. Betapa cantik/tampannya kalian, betapa kalian pintar, berpotensi, pokoknya akuilah segala kelebihan-kelebihan yang kalian miliki. Sedikit narsis tidak ada salahnya. Narsis dapat membantu dalam situasi seperti ini. Setelah bernarsis ria, saatnya kalian tingkatkan kepercayaan diri dengan mengembangkan passion dan mengambil peran di lingkungan. Bayangkan, misalnya seorang anak broken home menjadi ketua organisasi. Super sekali kan?

Mau contoh broken home not broken kids? Azka Corbuzier. Anak tunggal dari presenter tampan Deddy Corbuzier itu menjadi lulusan terbaik di sekolahnya. Perpisahan orang tua tidak menghalanginya untuk berprestasi. Semoga semua anak broken home di Indonesia bisa membanggakan. Dan buat yang bukan dari keluarga broken home, jadilah teman dan sahabat buat mereka yang hancur keluarganya.

Kompasianers, maukah kalian menjadi sahabat untuk anak broken home?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun