Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Pengantar Bunga Misterius

15 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 15 Juli 2019   06:01 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan itu jugalah yang mengganjal di hati Bunda Alea setiba di hotel. Hotel ini berbeda dari venue tempat resepsi berlangsung. Ayah Calvin mengatur semua yang terbaik untuk mereka malam ini.

Bunda Alea mengedarkan pandang ke sekeliling presidential suite tiu. Sofa empuk, furniture berdesain premium, interior klasik, dan kamar amndi bernuansa hitam-emas. Semua ini terlalu mewah untuk dinikmati tanpa eksan. Mungkinkah Ayah Calvin berharap lebih?

"Alea, menikah denganku sama artinya memutus keturunan. Kau sudah tahu, kan?" ujar Ayah Calvin lembut, seolah bisa membaca pikirannya.

"Ya. Terima kasih atas pengertianmu. Dan kukira...Jose sudah cukup." sambut Bunda Alea hangat.

Lega hati Bunda Alea. Dilangkahkannya kaki ke kamar mandi. Melepas gaun pengantinnya, dan menggantinya dengan baju yang lebih casual. Makin besar cintanya pada Ayah Calvin. Suaminya itu tak ingkar janji.

Selesai berganti baju, Bunda Alea mendapati suaminya terduduk di sofa dengan wajah pias. Gurat penyesalan tergambar jelas. Ponselnya dan ponsel Ayah Calvin tergeletak berdekatan dalam keadaan menyala.

"Calvin...are you allright?" Bunda Alea melambaikan tangan di depan wajah Ayah Calvin.

Tak ada jawaban. Bunda Alea mengulangi, lebih sabar.

"Hei Sayang...Calvinku. Kamu kenapa?"

"Maaf, Alea. Tadi aku tak sengaja baca e-mailmu. Ada e-mail dari mantan rekan setimmu. Dia tidak suka kamu menikah denganku. Dia bilang...aku tidak pantas untukmu."

Penyesalan bertransformasi jadi kesedihan. Bunda Alea mendesah, lalu mengambil iPhonenya. Dibukanya e-mail. Segera saja surat elektronik dari mantan teman setimnya berpindah ke spam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun