Kegelisahan Putra Altar
Tiap hari, Bunda Alea datang ke rumah mereka. Ia memasakkan makanan lezat, berbelanja barang-barang keperluan rumah, dan memastikan Jose serta Ayah Calvin baik-baik saja. Banyak waktunya dihabiskan di rumah megah berlantai tiga itu.
Para pelayan menyukai Bunda Alea. Mereka senang punya calon nyonya yang ramah, cantik, dan baik hati. Tak segan Bunda Alea mengobrol dengan mereka. Batas kesopanan dan wibawa tentu ada, tetapi Bunda Alea sama rendah hatinya seperti Ayah Calvin dan Jose. Sering kali Bunda Alea membawakan makanan untuk supir dan para pengurus rumah.
Betapa besar cinta Ayah Calvin untuk Bunda Alea. Betapa Jose mengagumi dan menyayangi calon ibu tirinya. Kisah-kisah ibu tiri super kejam tak selalu benar. Buktinya, Bunda Alea teramat perhatian.
Jose betah berlama-lama duduk di samping sang Bunda. Diperhatikannya Bunda Alea menyelesaikan beragam proyek dan artikel dengan laptop canggihnya. Sama seperti Ayah Calvin, profesi sampingan Bunda Alea adalah blogger. Mereka bahkan tergabung di media blog warga yang sama. Hanya saja, spesialisasi tulisannya yang berbeda. Bunda Alea suka menulis tentang fashion, lingkungan, dan kesetaraan gender, Ayah Calvin rajin menulis update tentang perang dagang dan isu ekonomi terkini.
Tak ada hari libur untuk Bunda Alea. Libur dari pekerjaan tentu ada. Akan tetapi, tidak ada hari libur untuk mencintai.
Seperti Minggu pagi ini. Di saat kebanyakan orang masih berbaring nyaman dalam selimut mereka, Bunda Alea sudah bercengkerama dengan calon suami dan anak tirinya. Bunda Alea, Ayah Calvin, dan Jose terbiasa bangun pagi. Mereka tak kenal istilah bangun siang, hari libur sekalipun.
"Jadi, hari ini Jose mau pergi?" Bunda Alea memastikan.
"Iya. Steven mau ajak aku lihat dia jadi Misdinar." jawab Jose yakin.
"Hmmmm..." Bunda Alea mendesah, pelan menyesap tehnya.