Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Seribu Bulan, Kadir Gecesi

2 Juni 2019   06:00 Diperbarui: 2 Juni 2019   06:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hati, Ayah Calvin bersyukur. Dirinya bukan pekerja kantoran yang terikat kewajiban bekerja di belakang meja delapan jam sehari. Waktu luangnya lebih banyak. Tak perlu bekerja pada orang lain. Justru orang-orang yang bekerja di kantornya. Dengan begitu, Ayah Calvin bisa jadi full time father buat putra tunggalnya.

Sepertiga malam, Jose terbangun. Ayah Calvin, walau tidur tak nyenyak dan menahan beratnya kekhawatiran, bersikap seakan semuanya baik-baik saja. Ia telah berjanji untuk menemani Jose di malam mulia.

Rasa sakit di mata Jose jauh berkurang. Dilihatnya wajah Ayah Calvin lebih pucat. Tangan Ayah Calvin terasa dingin.

"Ayah baik-baik aja?" Jose bertanya penuh perhatian.

"Iya, Sayang." jawab Ayah Calvin menenangkan.

Bila Jose tak mau memanjakan penyakit, Ayah Calvin malah berteman dengan rasa sakit. Ia mengajak kekentalan darah yang dideritanya untuk berdamai. Ayah Calvin hidup bersama darah kental.

Semangat Jose bangkit. Ia harus mendoakan Ayahnya di malam mulia. Janji Tuhan tak pernah ingkar. Tuhan mmenjanjikan pahala yang sama nilainya dengan seribu bulan jika ada yang beribadah dan berdoa padaNya di malam itu. Seribu bulan sekitar 83 tahun. Jose ingin mencurahkan kasih sebanyak itu untuk Ayah Calvin.

Dibukanya kitab suci. Dibacanya surat ke97. Surat yang menceritakan tentang malam mulia.

Selesai membaca beberapa surat dan puji-pujian, Jose menggantungkan harapannya ke langit. Berharap doa-doa itu sampai langsung ke tangan Tuhan tanpa penghalang.

Mula-mula Jose mendoakan semua impian dan cita-citanya. Lalu ia mendoakan ketiga sahabatnya, Silvi, Tamara, Dokter Tian, Abi Assegaf, Ummi Alea, Bunda Dinda, Bunda Calisa, Opa Effendi, Paman Revan, Paman Adica dan calon istrinya, Bibi Asyifa. Ia pun mendoakan ibu kandungnya, Bunda Sivia. Dan terakhir...namun paling utama, ia mendoakan Ayah Calvin.

Ayah Calvin, ayah istimewa yang telah merawatnya. Jose bangga dibesarkan ayah penyintas darah kental. Anak sekecil Jose tahu betul kesulitan sang ayah untuk tetap mengurusnya dengan kondisi spesial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun