Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan, Peluklah Ayah dengan Cahaya Cinta-Mu

27 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 27 Mei 2019   06:05 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Buat apa berbagi kesedihan? Rasa sakit bukan untuk dibagi-bagi."

"Iya. Tapi, jangan sampai melewatkan sesi terapimu juga. Jadinya kan begini."

Mereka tiba di rumah sakit. Tim dokter terbaik bersiaga seperti biasa. Enaknya jadi orang kaya. Semuanya telah tersedia, tak perlu repot-repot menunggu sejak hari masih muda.

Dulu, Ayah Calvin sering menyemangati Andrio ketika menjalankan terapi ini. Rasanya seperti diinfus. Obat dimasukkan lewat jarum. Begitu saja.

Tapi...

Kini ia rasakan sendiri. Biasanya, pria Desember itu menjalani terapinya sendiri. Tiada satu pun yang menemani. Hanya Tuhan yang menyaksikan dan membelai dengan tangan lembutNya.

Siang ini berbeda. Si pemilik mata biru yang teduh menemaninya. Mata biru Paman Revan, mengingatkan Ayah Calvin pada Bundanya Jose.

"Kau tahu ini tanggal berapa, Revan?" tanya Ayah Calvin.

"Tanggal 27. Kenapa?"

"Anniversaryku dengan sepupumu. Aku melamarnya secara implisit di tahun kedua kebersamaan kami."

Seulas senyum menghiasi wajah Paman Revan. "Mengajaknya tinggal di Bali itu kausebut lamaran terselubung di tahun kedua? Astaga...Calvin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun