Sambil berbaring, Ayah Calvin menulis artikel. Jari-jari lentiknya tak lelah menguntai kata jadi kalimat. Jari-jari yang penuh berkah. Kesepuluh jari yang digunakan untuk merawat anak istimewa, menulis artikel, membagi kebaikan, dan memainkan piano.
Obat-obat disuntikkan. Paman Revan menggenggam tangan saudara iparnya tanpa kata.
"Dingin, Revan..." lirih Ayah Calvin.
Ayah Calvin tak tahu lagi harus bagaimana. Dingin ini, perih di lengannya...
"Aku akan terus temani kamu. Bahkan kalau aku bisa ikut menjalani terapi ini bersamamu, akan kulakukan. Aku bukan Siviamu, tapi kau bisa lihat bagian dirinya dalam diriku." Paman Revan berujar, ketulusannya amat nyata.
** Â Â
Kirim aku malaikatmu
Biar jadi kawan hidupku
Dan tunjukkan jalan yang memang kaupilihkan untukku
Kirim aku malaikatmu
Karena ku sepi berada di sini