Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah, Guru, Malaikat

23 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 23 Mei 2019   06:18 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Terapi itu melemahkan kekebalan tubuhmu...kamu harus hati-hati."

Pintu ruang musik terbuka. Alia dan teman-temannya datang. Ayah Calvin bangkit, menyambut murid-muridnya hangat. Ia bersikap senormal mungkin, seakan semuanya baik-baik saja.

"Ayah Calvin, tadi Alia dimarahin Bu Farida." Gadis kecil berhijab putih mengadu.

"Alia dimarahin soalnya dikira nyontek. Padahal kan, Alia ambil krtas yang jatuh."

Ayah Calvin mengelus-elus kepala Alia. Membetulkan lipatan bajunya. Alia memegang erat tangan guru musiknya. Gelap pandangannya, terang hatinya. Alia memang tidak bisa melihat wajah guru musiknya yang begitu tampan. Akan tetapi, dia dapat merasakan kelembutan dan ketulusan Ayah Calvin.

Kelas berlangsung menyenangkan. Ayah Calvin mengajari mereka membaca not. Dibuatkannya notasi berhuruf Braille untuk Alia dan dua temannya yang tidak bisa melihat. Anak-anak kelas enam senang sekali belajar musik.

Suara azan Maghrib menyela. Ayah Calvin menghentikan kelas sejenak. Disilakannya Alia dan teman-temannya yang Muslim untuk berbuka.

Sekolah ini memang majemuk. Anak Muslim, Katolik, Protestan, Konghucu, Hindu, dan Buddhis belajar bersama. Mereka disatukan oleh nasib yang sama. Tubuh dan pikiran mereka boleh tak sempurna, namun hati mereka terbuka.

Ayah Calvin meraih tas krtas di bawah kakinya. Di dalam tas itu, tersimpan beberapa kotak nasi, ayam goreng, dan gelas-gelas kertas berisi lemon tea. Dibagi-bagikannya makanan dan minuman itu pada murid-murid Muslim.

"Wah, ini buat Alia?" tanya Alia, matanya berbinar senang.

"Iya. Sini, Ayah bukain. Mau disuapin nggak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun