Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surga Bukan Perumahan Cluster

22 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 22 Mei 2019   06:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku memang tidak bisa memenuhi harapanmu, Sivia. Tapi, bukan berarti aku meninggalkanmu. Justru aku ingin mengajakmu tinggal di Bali. Segera setelah urusan kita selesai. Kita akan bersatu, dan tinggal di sana."

Hening. Keheningan yang luar biasa menyesakkan. Air bening mengambang di pelupuk mata Sivia.

"Kenapa harus tinggal di Bali, Calvin?"

"Kau tahu...kota ini sudah terlalu padat dan memuakkan. Keseringan main politik identitas. Tidak baik untuk minoritas seperti kita, Sivia."

Sivia mengangguk paham. Pulau itu pun tempat impiannya. Tak terpikirkan Ayah Calvin akan menawarinya untuk membangun keluarga di Pulau Dewata.

"Calvin, kenapa kita berbeda?" isak Sivia.

Mendengar itu, Ayah Calvin terpagut pilu. Ia menarik putus kalungnya, menatap Sivia hampa. Ada luka di mata itu.

"Sebuah kenyataan..."

Mata Ayah Calvin berembun bening. Hidungnya berdarah. Sivia menjatuhkan diri dalam pelukan pria yang dicintainya.

**    

Kisah yang dituturkan Ayah Calvin menggoreskan luka besar di hati Jose. Dadanya serasa dirobek pisau kesedihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun