Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Ulang Tahun Opa

21 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 21 Mei 2019   06:51 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opa Effendi dan Oma Lina (Dok Pribadi)

"Ayah jangan pergi sama Paman Adica...jangan tinggalin Jose." ucapnya berkali-kali.

Ayah Calvin membelai rambut Jose dengan lembut. Mana mungkin ia menolak? Jose terus melarangnya pergi dengan kesedihan mendalam.

"Iya, Sayang. Ayah tidak akan pergi. Wait...Ayah kabari Paman Adica dulu."

Hati Jose sedikit tenang mendengarnya. Paling tidak, Ayahnya akan bersamanya di rumah sepanjang hari ini. Ayah Calvin tak boleh tahu. Ini bukan hari yang baik untuk keluar rumah.

Jose tahu, Jose merasakan. Ia membaca koran langganan Ayahnya. Berita-berita televisi disimaknya. Kabarnya, hari ini akan ada banyak orang turun ke jalan dan berbuat kerusuhan. Jose tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Ayahnya.

**    

"Papa...hari ini Jose melarangku pergi. Aku tidak tahu pasti apa alasannya. Mungkinkah karena ini hari ulang tahun Papa?" bisik Ayah Calvin, mengusap foto sang Papa.

Hening. Ayah Calvin tahu, Papanya tak akan bisa menjawab. Jarak Negeri Pancasila dengan Negeri Kangguru riskan bisa dilawan hanya dengan bisikan lembut.

"Ingin kutemui Papa di Wolangong. Tapi...aku tak bisa meninggalkan Jose. Terlalu berisiko membawa anakku pergi jauh. Maafkan aku, Pa." lanjut Ayah Calvin sedih.

Air bening mulai menggenangi lensa buatan itu. Cepat-cepat Ayah Calvin melepas kacamatanya. Membersihkan benda bulat bening itu dengan ujung jasnya.

Ayah Calvin rindu Opa Effendi, sangat rindu. Setahun lebih mereka tak bertemu. Keduanya terpisah negara dan benua. Meski begitu, mereka dekat di hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun