Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah, Takkan Terganti

10 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 10 Mei 2019   06:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apanya yang dibagi-bagi? Jose merengut. Urusan kantor, Ayah Calvin bisa menyerahkannya pada tangan kanannya. Kan Ayah yang punya kantor. Begitu juga yayasan. Opa dan Oma sudah meninggal. Seumur hidupnya, Ayah Calvin tak punya kakak dan adik yang harus diurus. Lalu, apa lagi?

"Lagi-lagi kau bicara begitu, Dahak. Janganlah..." kata Paman Adica habis sabar. Sukses membuatnya dihadiahi sikutan Paman Revan.

Dokter Tian tersenyum. "Aku tak keberatan mengurus anak lagi. Bunga dan Lisa pasti senang punya adik."

"Tidak, tidak. Cukup Bunga dan Lisa saja." tolak Ayah Calvin halus.

Paman Revan dan Paman Adica meggelengkan kepala. Mereka tak suka dengan pembicaraan ini. Seakan ada energi keputusasaan, ada untaian harapan yang putus.

Putus asa, Jose mengobrak-abrik meja kerja. Membalikkan buku-buku, membuka map, merobek lipatan kertas, dan membuka kain pelapis printer. Seakan berharap menemukan Ayah Calvin bersembunyi di baliknya. Saat itulah sebuah botol putih meluncur jatuh.

"Obat?" Jose bertanya-tanya, menimangnya.

"Ini kan obatnya Ayah..."

Hati Jose terasa peddih. Selalu begitu, tiap kali dia melihat obat milik sang ayah. Ayah Calvin yang harus minum obat setiap hari. Entah kapan sembuhnya. Kalau boleh, Jose mau menggantikan Ayah Calvin. Biar saja sakit itu pindah ke tubuhnya. Biar saja dia yang harus minum obat-obat itu. Asalkan Ayah Calvin sehat kembali.

Pelan-pelan Jose berjalan ke ruang musik. Duduk di depan kursi piano, ia mulai memainkan benda hitam-putih itu.

Telah lama sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun