Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mozaik Sepi Pasien VIP

8 Maret 2019   06:00 Diperbarui: 8 Maret 2019   06:05 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu jauh-jauh ke Pulau Dewata untuk mendalami sepi. Tak perlu menunggu Hari Raya Nyepi untuk merasakan heningnya hati. Datang saja ke sayap timur rumah sakit besar di bilangan utara kota ini.

Malaikat tampan bermata sipit itu terbaring lemah. Satu tangannya menyentuh selang di hidungnya. Respirator? Infus? Elektrokardiograf? Life support? Untuk apa semua peralatan medis dipasangkan ke tubuhnya? That's not life.

"Silvi..." lirih Calvin berulang kali.

"Silvi, maafkan aku. Maaf, aku belum bisa menjagamu lagi..."

"Tak perlu minta maaf! Kalau kau merasa bersalah, keluarkan aku dari tempat ini! Aku ingin bertemu adikku!"

Pria orientalis berpiyama biru itu meneriaki suster. Lengan kanannya menghantam tepi ranjang. Kepalanya ia benturkan ke dinding.

"Tuan Adica, tolong jangan banyak bergerak dulu. Anda baru selesai cuci darah."

Darah. Tetesan darah mengalir dari hidung Revan. Laki-laki Manado Borgo berambut pirang itu menyeka hidungnya.

"Ya, Allah, sampai kapan aku harus merasakan sakit ini?"

Ini potongan mozaik terburuk dalam hidupnya. Calvin bahkan lebih suka menyepi bertahun-tahun di Papua New Guinea ketimbang terkurung di ruang rawat VIP. Ia benci, benci pada kondisi tubuhnya. Rumah sakit bagai penjara cinta. Penjara yang memisahkan Calvin dengan Silvi.

"Asyifa Assegaf...aku mencintaimu." Adica berbisik, suaranya bergetar hebat. Tertahan kesedihan dan frustrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun