Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikmah Lepas dari Radio

3 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 3 Februari 2019   06:09 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pixabay.com

Pukul lima sore, hujan mencium rumput. Air mancur dimatikan. Awan kelam memeluk langit. Young Lady cantik mendengarkan senandung lembut dari jendela kamar tidur. Bersyukur tidak perlu merasakan dingin karena kehujanan di luar. Bersyukur karena masih memiliki waktu senggang.

Jumat sore begini, jika mundur ke beberapa bulan lalu, mana mungkin Young Lady bisa menikmati tetes hujan di rumah? Yang ada, Young Lady cantik kedinginan di studio. Atau masih on the way.

Tapi itu dulu. Semuanya berubah sejak negara api menyerang...ups, bukan. Semuanya berubah sejak Young Lady cantik lepas dari radio pemerintah.

Lepas dari instansi, lepas dari periode waktu, lepas pula dari segepok kewajiban tak kasat mata yang harus dipatuhi. Walau karya cantik Young Lady dilempar-lempar kayak bola basket, Young Lady mencoba tetap mengambil hikmah positif dari rangkaian kejadian pahit itu.

First, Young Lady cantik bisa menjadi full time Princess untuk malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Ini sangat Young Lady syukuri. Beberapa bulan lalu, mana bisa begini? Young Lady mencoba menikmatinya. 

Jadi full time Princess tidak buruk kan? Lama tidak menjadi Prrincess sejati untuk malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Meski Young Lady banyak nangis dan cemasnya. Bukan karena "Calvin Wan" menyakiti, tapi karena Young Lady sangat mencemaskannya.

Lepas dari RRI, Young Lady cantik bisa menggoda "Calvin Wan" lagi. Mencoba terus menyediakan waktu untuknya. Memberinya perhatian sebisa Young Lady. Mendoakannya sekhusyuk mungkin. Sebisa mungkin mencurahkan percikan kasih sayang untuk menguatkannya. 

Bentuk kasih sayangnya macam-macam. Lewat pertanyaan sederhana, perhatian, doa, tulisan-tulisan cantik di Kompasiana, dan hadiah.

Second, Young Lady cantik bisa bebas berpendapat. Ya, bebas...kayak lagunya Saint Loco. Dulu, karena masih terikat dengan radio pemerintah, Young Lady tidak bisa bebas berpendapat, menunjukkan kelebihan/kekurangan koalisi politik, atau menyatakan dukungan pada bapak ganteng Papinya Mbak Kahiyang. Sekarang, setelah bebas dari radio publik, Young Lady bisa lebih leluasa. Ruang gerak berpendapat dan berpolitik tak lagi dibatasi.

Young Lady tak terikat sumpah/komitmen instansi mana pun. So, Young Lady bebas mau mendukung siapa saja. Nikmatnya menjadi freelancer. Tak perlu khawatir terjegal karena pilihan politik, bisa lebih bebas mengutarakan pendapat. Layak disyukuri.

Ya, Young Lady cantik mencoba mensyukuri keadaan. Young Lady mencoba melihat kejadian pahit tempo hari dari kacamata positif, seperti yang diajarkan "Calvin Wan". Ada juga kok artikelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun