Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Zona Waktu

29 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 29 Oktober 2018   06:14 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**     

Selama menjalani perawatan intensif di rumah sakit, Calvin menerima banyak kunjungan dari orang-orang yang care padanya. Ia sering dikunjungi teman-temannya, para pembaca blognya, dan rekan-rekan sesama model. Jangan khawatir, Calvin tak pernah kehabisan pembesuk tiap harinya.

Pagi ini, Calvin mendapat kunjungan tak terduga. Seorang desainer yang peernah mengontraknya datang. Ia berkunjung tidak dengan tangan kosong. Sebuket besar bunga dan parsel buah ia letakkan di meja.

Tanda tanya muncul di hati Calvin. Ia tak mengerti, mengapa ada orang-orang tertentu yang membawakannya bunga? Apa manfaat bunga untuk orang sakit? Kalau buah, mungkin menyehatkan. Meski pada kenyataannya buah lebih banyak dinikmati penunggu pasien dibandingkan pasien itu sendiri.

Kunjungan si desainer ternyata tak membawa madu, tapi ia membawa racun. Ia bercerita kesuksesannya membuka cabang butik di beberapa kota. Awalnya, tak masalah bagi Calvin. Dia senang mendengar kesuksesan orang lain. Mungkin juga si desainer ingin memotivasi, begitu pikirnya positif.

Namun, lama-kelamaan desainer itu makin keterlaluan. Dia mengaku kecewa karena Calvin tak bisa lagi membawakan koleksi karya terbarunya. Disesalinya kondisi Calvin yang kini tak lagi sehat. Lalu dia membandingkan Calvin dengan model baru yang dikontraknya.

Calvin sedih. Perasaan tak berguna merayapi hati. Diikuti sergapan rasa rindu. Rindu modeling, rindu kampusnya, dan rindu banyak hal.

"Kenapa, Sayang?" Tuan Effendi memegang halus tangannya.

"Masih kepikiran desainer itu, ya?"

"Aku rindu modeling, Pa."

"I see. Semua ada waktunya, Dear."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun