"Ini pasti daging babi! Jangan harap kamu bisa menjebakku, anak muda kafir!" teriaknya, melotot ke arah kalung di leher Calvin. Kalung itu sedikit terlihat di balik kerah jas mahalnya.
Mendengar itu, Calvin menggigit bibirnya. Lagi-lagi prasangka. Prasangka yang berujung salah paham. Pastilah tunawisma itu menyangka Calvin memakai kalung salib. Dan penampilannya sama sekali tidak Islami.
"Bukan, Bapak yang baik. Ini bukan daging babi...saya hanya ingin berbagi. Agar Bapak bisa menikmati makanan yang sama dengan semua orang di hari raya," jelas Calvin sabar.
Ternyata kesabaran dan kelembutan Calvin tak memupus kecurigaan. Lelaki tua itu merampas bungkusan di tangan Calvin, lalu melemparnya. Isinya berhamburan. Tak sampai di situ saja. Ditamparnya tangan Calvin sekuat-kuatnya. Ia pun meludahi wajah Calvin.
"Pergi!"
Blogger dan pebisnis retail itu melangkah mundur. Merasa lebih kesepian dari sebelumnya. Dalam hati, Calvin mendoakan kebaikan untuk lelaki tua tunawisma itu. Benaknya berputar-putar mengingat kesalahpahamannya dengan Revan. Salah paham, mengapa datang berurutan dan menyakitkan?
** Â Â Â