Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Kapel dan Tasbih Bicara

21 Agustus 2018   05:57 Diperbarui: 21 Agustus 2018   06:02 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Angel anak seorang pastor."

Pada kalimat pertama saja, Calvin tertegun. Difokuskannya pandang pada Rossie. Memberi perhatian penuh untuk ceritanya.

"Ayahnya tak mau lepas jubah. Sekarang Angel tinggal dengan ibunya. Tapi...ibu Angel tak pernah menyayanginya. Perempuan itu melampiaskan kesedihan dan kekecewaan cinta dengan sibuk mengejar karier. So, Angel lebih banyak ditinggal dengan pengasuhnya. Angel bukan anak yang diinginkan. You know what I mean."

Calvin mengangguk. Entah mengapa, hatinya terasa perih. Kurang dari satu jam ia mengenal Angel. Namun perih dan empati menyergap hatinya.

"Calvin, thanks ya kamu mau bantu aku. Bahkan mau antar Angel ke kapel." Rossie berterima kasih.

"You're wellcome. Kalau perlu bantuan, katakan saja. Aku akan bantu sebisaku."

Rossie tergugu. Pikirannya kembali tertuju pada Revan. Revan, mengapa tak seperti Calvin yang pemaaf, berpikiran terbuka, dan selalu ada?

"Kamu kenapa? Bertengkar dengan Revan?" tebak Calvin.

Tak ada jawaban. Hanya lengan putih Rossie yang melingkari leher Calvin. Perlahan Calvin membalas pelukan Rossie. Tak sengaja, tersentuh oleh Rossie sebentuk kalung tasbih. Calvin sudah lama memakai kalung itu.

"Andai saja Revan seperti kamu...andai Revan mau sedikit saja, belajar darimu." isak Rossie.

"Kenapa memangnya?" tanya Calvin lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun