Calvin-Evita dan Adica-Syifa. Dua pasangan serasi itu berdiri bersisian di backstage. Ya, publik sepakat jika mereka dua pasangan serasi. Dua pengusaha tampan, satu dokter, satu penulis. Sekilas mereka terlihat akrab. Nyatanya...
"Mantan pelakor, senang kau ya bisa mendapat kakak iparku?" kata Syifa sarkastik.
Evita menggigit bibir bawahnya. Tak siap melayani sarkasme wanita cantik tempramen itu.
"Syifa...sudahlah. Jangan merusak suasana." Adica menengahi.
Mata Syifa berkilat. "Jadi, aku perusak suasana? Begitu?"
"Stop. Evita, kamu orang yang paling kuinginkan di sini, Sayang." sela Calvin seraya merangkul hangat pinggang istrinya.
Tak ada respon. Usaha Calvin membesarkan hati Evita nihil. Dokter cantik itu membuang muka, menghindari tatapan lembutnya.
"Come on, Evita. Haruskah kulihat wajah sedihmu sebelum fashion show?"
Bukannya tersenyum, Evita melepaskan rangkulan Calvin. Memutar tubuh, lalu melangkah pergi.
Syifa tertawa sinis. Dua tangannya terangkat penuh kemenangan. Sesaat Adica melempar pandang meminta maaf pada kakaknya, tak enak hati dengan sikap teman hidupnya. Sementara Calvin mengabaikan gesture sang adik ipar. Pikirannya dipenuhi rasa bersalah pada Evita.
Seperempat jam kemudian, fashion show dimulai. Seluruh tamu undangan telah hadir. Siap menyaksikan peragaan karya terbaru desainer pujaan mereka.