Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tubuh Membeku Itu Tak Terlepas

7 Agustus 2018   05:12 Diperbarui: 7 Agustus 2018   06:51 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Calvin, aku berjanji...rambutmu takkan rontok lagi. Aku tidak mau lagi melihat suamiku menderita. Tak ingin kemoterapi merusak ketampananmu, Sayang."

Setelah merapikan rambut Calvin, Evita mencium kedua pipi pria itu. Bibirnya merasakan dingin, dingin yang sulit terlukiskan. Pipi pria oriental yang lahir di awal bulan dua belas itu terasa dingin sekali.

"Ini caraku melayanimu sebagai istri. Calvin, kaulah suami dan imamku." ujar Evita penuh kasih.

"Sampai kapan pun, aku akan terus merawat dan melayanimu."

**     

Bel pintu berbunyi. Sukses memecah perhatian Evita. Ia mengangkat kepala, setengah bangkit dari ranjang. Melirik ke samping, didapatinya Calvin masih terbaring di posisi yang sama. Tak bergerak sama sekali.

"Calvin, ada tamu. Sebentar ya."

Selangkah demi selangkah, Evita menuruni tangga. Dalam hati bertanya-tanya siapakah yang bertamu?

Tiba di ruang depan, rasa penasarannya lesap. Tergantikan kekagetan.

"Papa?"

Dokter Tian tersenyum, memeluk hangat putri tunggalnya. Cium pipi kanan dengan mesra. Ayah dan anak yang romantis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun