Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Melodi Silvi 2] Rumah Kenangan, Bahasa Cinta

14 Juli 2018   05:50 Diperbarui: 14 Juli 2018   06:53 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Top secret, Muthia. Jangan sampai siapa pun tahu. Termasuk wali murid atau calon murid baru." sahut Syifa sabar.

Rapat pun dimulai. Masalah besar diungkapkan. Rupanya Global Clasica Kindergarten mengalami masalah keuangan yang cukup kompleks. Semuanya gegara mantan orang kepercayaan Syifa yang melakukan korupsi. Korupsinya membuat Global Clasica Kindergarten mengalami kerugian besar.

"Bagaimana kalau kita minta dia bertanggung jawab?" usul Muthi.

"Tak semudah itu. Jejaknya saja belum terlacak sampai sekarang. Bagaimana mau menuntut kerugian?" bantah staf lainnya.

"Tapi, harus ada solusi untuk menutup biaya operasional sekolah kita."

Semua orang mengerutkan dahi, berpikir. Kecuali Syifa. Seberkas ide menggelitik kepalanya. Hanya butuh sedikit lagi untuk disampaikan.

Ia harus berbuat sesuatu demi Global Clasica Kindergarten. Kasihan murid-muridnya, kasihan para orang tua yang telah mempercayakan anak mereka padanya. Syifa sangat mencintai sekolah ini dan semua siswanya. Apa pun akan dia lakukan termasuk memberikan harta miliknya untuk menyelamatkan sekolah ini.

Perlahan dibukanya kotak-kotak biru keperakan yang ia bawa. Empat koper besar di bawah kakinya pun ia buka. Terlihat kilauan perhiasan mahal, kerlipan berlian, desiran halus helaian gaun sutra yang meluncur dari sebuah koper, permukaan sepatu mahal yang masih mengilap, dan barang-barang mahal bernilai puluhan juta lainnya. Semua ini koleksi pribadi Syifa. Ia berniat menjualnya untuk menutup biaya operasional taman kanak-kanak.

Buliran air mata meluncur ke pipi wanita cantik itu. Ia tergugu, bibirnya gemetar. Semua barang mahal itu meneriakkan kenangan. Kenangannya bersama Adica. Barang-barang itu adalah seserahan yang diberikan Adica saat melamar Syifa tiga belas tahun lalu. Ini belum seberapa. Di rumah, masih banyak koleksi Syifa lainnya.

Tak dapat diingkari, ia terisak juga. Sulit berpisah dengan setiap benda yang mengingatkannya pada suami tercintanya. Benda kenangannya dengan Adica banyak sekali. Dibandingkan ucapan cinta, Adica lebih suka menunjukkan cintanya dengan memberikan barang-barang mewah untuk Syifa. Perlakuan serupa ia berikan pada Julia, Calisa, dan Rossie.

"Sorry..." desis Syifa, air mata terjun bebas ke pipi mulusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun