Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Cantik yang Memprotes Tuhan

20 Juni 2018   06:23 Diperbarui: 20 Juni 2018   07:33 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu mana yang rela sepenuh hati saat anaknya pindah agama? Setiap ibu pastilah menginginkan berkumpul bersama buah hatinya di dunia dan akhirat. Nyatanya, harapan tak selalu sejalan dengan takdir.

"Ma..." Calvin berlutut, lembut meraih tangan Nyonya Kartika.

"Calvin minta maaf. Sama sekali tak ada maksud menyakiti hati Mama. Tapi, ada takdir lain menungguku di luar sana. Maafkan aku...aku janji, akan selalu mencintai Mama. Apa pun perbedaan yang melingkupi kita."

Perkataan pria tampan berjas hitam itu sukses meruntuhkan hati Nyonyaa Kartika. Sebelah tangannya gemetar menutup wajah. Tubuh rampingnya merosot dari sofa empuk. Matanya dibanjiri kristal bening. Isakan terdengar dari bibir tipisnya.

"Sekali lagi aku minta maaf, Ma."

Calvin beringsut, mencium pipi Mamanya. Lembut menyusut air mata wanita yang bersusah payah melahirkannya secara prematur itu.

Nyonya Kartika tak berdaya, sungguh tak berdaya. Ia bisa apa? Sungguh, ia tak bisa apa-apa. Wanita cantik berkulit putih yang sudah tak lagi muda itu hanya mampu melepas anak tunggalnya dengan pilihan terbaik. Ya, pilihan terbaik. Terbaik untuk Calvin.

Dua tahun lalu, samar di antara gema takbir di kejauhan, Nyonya Kartika melepas anak tunggalnya. Ia biarkan Calvin memilih jalan dan keyakinannya sendiri. Dengan hati berat, Nyonya Kartika merelakan permata hatinya yang paling berharga.

Perlahan Nyonya Kartika bangkit. Meraih tongkatnya, berjalan menyamping, menghindari kursi-kursi kecil dan lemari berisi pajangan kristal, dan beranjak masuk ke kamar utama. Kamar tidur besar dan mewah dilengkapi balkon dan kamar mandi pribadi. Ranjang king size berseprai coklat muda berdiri di tengah-tengah. Dinding warna krem dipajangi sejumlah pigura foto. Hati Nyonya Kartika menjerit melihat pigura-pigura itu. Semuanya menggambarkan potret kebersamaan tiga anggota keluarga kecil. Kini, kebersamaan itu telah hilang. Terenggut paksa oleh pilihan berani yang diambil Calvin.

"Kenapa Kaulakukan ini, Tuhan? Kenapa Kaubuat hati anakku berpaling dari ajaranMu yang indah ke ajaran lain?" Nyonya Kartika terisak-isak, menutup wajah cantiknya dengan bantal sutra mahal.

Sekejap saja, permukaan halus bantal putih itu basah oleh air mata. Namun wanita uzur itu tak peduli. Ia terus menangis. Punggungnya naik-turun, desah nafasnya tak teratur, mencerminkan sesal dan emosi mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun