Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangan Malaikat Tampan Bermata Sipit di Atas Piano Putih

13 Juni 2018   05:22 Diperbarui: 14 Juni 2018   14:56 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mereka salah," gumam Silvi lirih.

"Kau sendiri yang bilang, 95% sudah yakin untuk tidak menikah. Aku sendiri juga tidak ingin menikah. Masih teringat Frater yang mengusirku di rumah retret saat Eid Mubarak tahun lalu..."

Kemuraman menggantung berat di udara. Ingin rasanya Silvi menangis saat itu juga. Ia ingin memeluk Calvin, menangis di pelukannya, membasahi jas putih mahalnya dengan air mata.

Di luar dugaan, mobil terhenti di tepi jalan. Sebuah tangan kokoh dan hangat mendarat di ubun-ubun Silvi. Disusul dekapan lembut dan wangi Blue Seduction Antonio Banderas.

"Kamu boleh menangis, tapi setelah acara ini selesai. Aku janji...akan menjadi tempatmu bersandar. Lenganku akan kugunakan untuk memelukmu. Tanganku akan menghapus air matamu. Bibirku untuk mencium kening dan menyentuh sisa air mata di wajahmu. Aku janji...tapi kumohon jangan menangis sekarang."

Bisikan lembut sukses membuat getaran keras di hati Silvi. Apa ini? Beginikah perlakuan laki-laki yang mengaku berniat 95% untuk tidak menikah? Ini berbahaya, sangat berbahaya.

**      

Nuansa white and silver mendominasi ballroom hotel. Kedatangan Silvi dan Calvin dalam balutan pakaian putih makin membius audience dengan kekaguman. Bidadari bergaun putih melangkah di samping kiri, malaikat tampan bermata sipit di samping kanan. Mereka berjalan bersama ke atas panggung, diiringi puluhan pasang mata sejumlah pengusaha dan konglomerat top di negeri ini.

Siapa sangka. Eksekutif muda dan blogger terkenal seperti Calvin Wan piawai bermain piano. Kalau Silvi yang bernyanyi untuk kegiatan-kegiatan sosial para pejabat dan pesta sosialite, itu sudah biasa. Tapi ini Calvin. Calvin Wan, si raja retail. Pemilik puluhan gerai supermarket yang khusus menyasar konsumen kelas atas. Blogger super tampan yang tulisan-tulisannya menyerbu kolom terpopuler di media jurnalisme warga ternama.

Silvi berdiri di tengah-tengah panggung. Kilatan lensa blitz ganas melahap tubuh langsingnya. Calvin duduk di kursi depan sebuah grand piano. Kedua tangannya ia letakkan di atas piano putih.

Sedetik. Tiga detik. Lima detik. Tujuh detik. Sepuluh detik, jemari lentik Calvin berlari lincah di atas tuts piano. Ia alunkan intro dengan presisi sempurna. Teknik permainan pianonya di atas rata-rata. Lebih dari sekadar bermain piano, ia pun mengaransemen musiknya. Menambahinya dengan sentuhan improvisasi di beberapa part.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun