Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangan Malaikat Tampan Bermata Sipit di Atas Piano Putih

13 Juni 2018   05:22 Diperbarui: 14 Juni 2018   14:56 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"I'm good." sahut Calvin tanpa mengalihkan pandang dari jalanan di depannya.

"Kamu kayak lagi banyak pikiran. Ada apa sih?"

Sulit mengelabui Silvi. Sedikit saja ada yang berbeda dari Calvin, ia langsung bisa merasakan.

"Aku dilarang main piano sama keluargaku. Aku juga dilarang ketemu kamu. Tapi, ini kegiatan sosial. Kegiatan sosial yang kaitannya dengan Ivana."

Saat menyebut nama anak adopsinya, wajah Calvin berubah sendu. Teringat kematian tragis Ivana karena Limfoma, kanker kelenjar getah bening, dua tahun lalu.

"Sorry..." desah Silvi.

"No problem. Sudah berlalu." Calvin menepis lembut permintaan maaf gadis yang dicintainya.

"Kamu baik sekali, Calvin. Kemauanmu untuk bermain piano lagi di acara penggalangan dana untuk anak penderita kanker sangat mulia. Keputusanmu sudah benar. Oh ya, kenapa keluargamu melarangmu bertemu denganku?"

Embun beku menetesi hati Calvin. Dingin, sedingin respon keluarganya tadi.

"Mereka tak mau aku menikahimu. Kata mereka, kamu hanya...maaf, perempuan tak berguna dan bisa merebut hartaku. Padahal aku sama tak bergunanya. Dulu kuadopsi Ivana justru karena aku tahu aku tidak sanggup memiliki keturunan. Soal merebut hartaku...honestly, merekalah yang selama ini di bawah tanggung jawabku. Mereka yang lebih banyak menghabiskan harrtaku, bukan kamu."

Silvi terenyak. Kisah model opera sabun dan cheesy macam itu masih saja terulang di dunia nyata. Benar-benar klise.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun