Wajah yang tampan diimbangi hati yang rupawan pula. Begitulah Calvin Wan. Pedihnya kenyataan hidup berupa vonis infertilitas dan realita jika dirinya surviver kanker tak mencegah hatinya mengalami pemurnian untuk mengasihi dan berbuat baik. Buktinya, pengusaha tampan berdarah Tionghoa itu masih bisa berbuat banyak aksi kebaikan untuk mengisi hidupnya.
Safira Hartman, gadis kecil berdarah Indonesia-Turki-Jerman yang diadopsinya, menjadi salah satu bukti. Siapa bilang mantan penderita kanker sekaligus pria infertil seperti dirinya tak bisa mengurus anak? Nyatanya, Calvin bisa. Ia mengasuh Safira dengan kemampuannya sendiri. Calvin percaya diri pada kemampuannya.
Namun, sore ini dengan terpaksa ia harus meninggalkan Safira di rumah mewah Victorianya. Biarlah sementara saja Safira ditemani kesembilan asisten rumah tangganya selama dia pergi. Ada hal penting yang harus dilakukan.
"Daddy mau kemana?" Safira terbangun kaget, bertanya dengan nada kaget pula saat Calvin tak sengaja menimbulkan suara sewaktu turun dari ranjangnya.
"Daddy harus pergi, Sayang. Safira di rumah saja ya..." kata Calvin lembut. Lagi-lagi naik ke kaki ranjang dan mengusap rambut pirang putrinya.
"Nggak mau. Safira mau ikut Daddy saja." Anak 7 tahun itu merajuk manja.
Calvin mendesah. Pria tampan kelahiran 9 Desember itu melirik Casio Lineagenya. Bukankah waktu terus berjalan?
"Safira Hartman," panggil Calvin lembut. Satu tangannya mengelus puncak kepala Safira.
"Kamu cinta nggak sama Daddy?"
Sepasang mata biru kobalt Safira membuka lebar. Ditatapnya Calvin seolah Calvin sudah gila.
"Of course," sahutnya yakin.