Andai harus terpisahkan
Mungkin inilah takdir cintaku
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
Pria bule berambut coklat itu terenyak. Menatap hampa panggung kecil di tengah cafe. Nampak figur pria tinggi semampai berjas hitam dengan wajah oriental dan mata sipit sedang bermain piano. Tak hanya bermain piano, ia juga bernyanyi. Suaranya sangat bagus. Empuk dan hearable. Hati seluruh peengunjung cafe bergetar mendengarnya.
Si lelaki bule berdarah Jerman memejamkan mata sesaat. Termenung menatap si pemain piano. Benarkah ia hanya penyanyi cafe? Dari penampilannya, ia sama sekali tidak cocok disebut penyanyi cafe. Ia lebih mirip jet set atau eksekutif muda, minimal manager di perusahaan multinasional. Wajah orientalnya lembut meneduhkan. Tak nampak segaris pun senyum di sana. Sedih, sendu, dalam. Hanya itu kesan yang tertangkap darinya.
Semenit berikutnya, pria oriental itu turun dari panggung. Tepat pada saat itu, si pria bule mendesis.
"Albert..."
Suaranya terdengar oleh si laki-laki Chinese. Sontak ia berbalik, lalu berjalan ke meja yang ditempati pria bule.