Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Terbuka untuk Penerbit, Rumah Produksi, Kantor Perwakilan UNESCO Jakarta, dan Pemerhati Literasi

11 Mei 2018   05:51 Diperbarui: 11 Mei 2018   08:05 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 8 Mei 2018, sempat saya telepon kantor tersebut di nomor 021-7399805 untuk menanyakan sudah sampai dimana disposisi surat itu. Namun, berulang kali menghubungi saat office hour, selalu yang menjawab operator dan saya menekan angka 9 untuk ekstensi bantuan. Selalu saja jawabannya kira-kira begini seingat saya: 'Sorry, the operator busy now'. Saya bingung, resah, dan sedikit putus asa. Benarkah nomor kantor dan ekstensi sesibuk itu? Benarkah sama sekali tak ada jeda? Mengapa sulit sekali hanya untuk menanyakan surat? Alhasil saya hanya bisa berdiri kaku di ruang tengah rumah saya, dengan tangan sedikit bergetar dan mata setengah terpejam. Bingung. Tak mengerti. 

Saya merasa tak berdaya, rapuh, dan tak berguna saat itu. Saya sendiri pun tak tahu, mengapa menulis ke UNESCO. Sungguh, saya merasa tak berdaya saat itu. Dan jujur, saya takut bercerita pada siapa pun tentang kegundahan dan surat-surat saya. Saya hanya takut, walau pada akhirnya toh kesepian juga. Bahkan saat menuliskan surat terbuka ini, tangan saya terasa sangat dingin.

Di surat pertama pun, tulisan saya sangat kacau. Saya malah bercerita, bukan menjelaskan apa tujuan saya. Ini kebodohan atau apa, saya tak tahu.

Melodi Silvi: When The Power of Love Talk

How does it feel to raise a child from a different race? How does it feel to live in a multi-religious family? Calvin felt it. Calvin, a famous businessman and blogger, is trying to improve his relationship with his only daughter, Silvi. The marriage offer came from his family and bestfriends. But he is willing not to marry in order tofocus onparenting only child. In fact, Silvi never loved Calvin. She considered Calvin not a good father. 

Even Silviaccused Calvin of being a murderer. Whatever Calvin didn't melt Silvi's heart. Finally, revealed a secret. The secret that made Calvin forced to reinforce thepresence of separation. The secret is none other than Silvi's biological daughter of his own friend, Revan. Turkish blood and blue eyes Silvi was inherited from Revan. This book contains messages of tolerance andstereotyping for certain religions. This book alsocontains a message about racism, especially about Muslim Indonesia. Not necessarily Indonesian Muslims belonging to Natives only. Non-Native is entitled to become part of Muslim Indonesia.

Kacau sekali tulisannya. Itu penggalan surat pertama saya. Ada kata 'rasism' di sana. Nah, kata itu pula yang ingin saya tanyakan pada semua penerbit mayor di Indonesia, para pemilik rumah produksi, dan pegiat literasi: apakah sekarang ini terlalu berbahaya menerbitkan dan memfilmkan kisah-kisah bertema rasial? Sebegitu besarkah risikonya? Seberapa besar ketakutan yang mencekam terhadap isu rasisme dan agama? Jika kalian takut, lalu mengapa beberapa tahun lalu ada film berjudul Tanda Tanya yang sangat kental akan isu rasisme dan agama?

Sekian pertanyaan-pertanyaan dan ungkapan keresahan saya. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Salam hormat,

Latifah Maurinta Wigati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun