Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pilih Watty yang Seksi dan Erotis atau Ana yang Cantik dan Alim?

7 Mei 2018   05:55 Diperbarui: 7 Mei 2018   08:00 2018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: cantik.tempo.co

Kataknlah ini perbandingan. Perbandingan dua platform media daring yang sebenarnya tak bisa dibandingkan. Tulisan cantik ini lahir dari hati yang tergelitik. Tergelitik oleh curahan hati seseorang di media tetangga mengenai realita platform dunia orange. Well, dunia orange itu adalah...Wattpad. Ok, biar lebih nyaman, kita sebut Watty saja ya. Si Watty ini akan Young Lady bandingkan dengan media kesayangan kita semua. Apa lagi kalau bukan Kompasiana? Karena medianya cantik, penyebutannya pun harus cantik. Sementara ini, kita sebut Kompasiana sebagai Ana. Cantik kan namanya? Secantik penulisnya.

Bagi yang belum tahu, Watty adalah platform, aplikasi, atau apa pun istilahnya yang digunakan untuk membaca dan menulis. Aplikasi ini bersifat gratis. Penggunannya pun cukup mudah. Mengakses cerita-cerita dari berbagai genre seperti romance, thriller, mystery, dll. Selain membaca, pengguna Watty juga bisa menulis cerita. Menerbitkannya, bahkan membuat cover untuk ceritanya.

Membaca observasi beberapa pengguna, yang paling laku biasanya cerita-cerita romance untuk remaja dan mature content. Dua jenis konten itu yang paling laris di Watty. Walaupun ada segmen non-fiction, tetapi Watty lebih concern pada fiction. Khususnya pada dua konten itu tadi.

Entahlah ini disebut keunggulan atau bukan, Watty memiliki fitur library. Dengan fitur ini, kita bisa menyimpan cerita yang menurut kita bagus, dan mendapat notifikasi bila cerita itu sudah di-update oleh penulisnya. Oh ya, penulis di Watty disebut Author. Di Watty, antara penulis dan pembaca disediakan ruang interaksi berupa Vomen. Sebenarnya, ini istilah untuk menyebut komentar. Penggunannya yang cukup mudah, aksesnya yang juga mudah, membuat Watty diminati banyak remaja dan anak muda.

Nah, itu Watty ya. Sekarang kita balik lagi ke Ana. As we know, Ana menawarkan pilihan yang leih beragam. Opsi non fiction lebih banyak dari fiction. Meski demikian, Ana juga punya ruang spesial untuk fiction. Genre ini tidak dianaktirikan. Walaupun sangat sulit untuk menembus label "pilihan" dan "artikel utama" di bidang satu ini. Subjektivitas masih sangat terasa.

Namanya produk buatan manusia, pasti ada yang tidak sempurna. Walaupun Ana menawarkan sesuatu yang lebih variatif, tapi penyakit errornya sering kambuh. Errornya Ana sering merusak mood untuk menulis cantik. Mulai dari susah login, sampai gagal upload tulisan cantik. Bagi yang belum paham dan terbiasa, mengakses Ana tidak semudah mengakses Watty. Dan menurut pengamatan Young Lady, teman-teman seumuran atau lebih muda lebih memilih Watty karena tidak begitu berat dan memboroskan kuota internet mereka. Sebab mereka memakai kuota internet yang harus digunakan dengan bijak, sedangkan Young Lady tak perlu risau dengan keterbatasan kuota internet. Jadinya fine-fine aja aktif di Ana.

Ya, itu tadi sekilas tentang Watty dan Ana. Sekarang kita masuk ke intinya.

Hadirnya Watty dan banyaknya Author Watty asal Indonesia yang meramaikannya, menimbulkan fenomena baru di kalangan penerbit mayor di Indonesia. Apa itu fenomenanya? Kecenderungan mengkhultuskan penulis berfollowers banyak. Jujur-jujuran sajalah, hai para editor penerbit mayor. Sekarang ini, kalian lebih mencari penulis berfollowers banyak dibandingkan penulis berfollowers sedikit yang bagus karyanya, kan? Kalian lebih memilih cerita yang dibaca jutaan kali dibandingkan cerita yang hanya dibaca ratusan orang, kan? Padahal yang dibaca jutaan kali belum tentu bagus, berkualitas, dan berbobot. Sebuah cerita di Watty memiliki keterbacaan tinggi bukan karena benar-benar bagus, tetapi karena penulisnya memiliki banyak followers.

Fenomena ini menciptakan budaya tidak sehat di Watty: menghalalkan segala cara untuk membuat sebuah cerita menempati ranking terpopuler. Cerita-cerita yang menempati ranking terpopuler akan terpampang di halaman depan Watty. So, mudah dilihat banyak orang.

Memang di Ana kita juga pernah dengar skandal kasus permainan viewers. Tapi jumlahnya tak sampai jutaan. Paling banyak hanya ribuan. Itu pun pada akhirnya bisa dikendalikan dan disikapi oleh admin Ana. Salut untuk adminnya. Penilaian Ana jauh lebih jujur dan adil dibandingkan Waty. Label terpopuler, nilai tertinggi, pilihan, dan artikel utama dilakukan dengan sistem yang affair.

Balik lagi ke Watty. Platform ini pun rawan plagiat. Mengingat keamanannya sangat kurang, mudah sekali bagi sesama author untuk menjiplak sebuah karya tanpa sepengetahuan author aslinya. Tinggal dimodifikasi dengan perubahan di sana-sini, membuang atau menambahkan bagian tertentu, dan mengubah nama tokoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun