Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Melodi Silvi, Malam Penuh Syafaat untuk Malaikat Tampan Bermata Sipit

30 April 2018   06:21 Diperbarui: 30 April 2018   08:27 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hati Calvin trenyuh. Pria kelahiran 9 Desember itu tak tega. Tangis si anak perempuan pecah. Calvin memeluknya. Biar bagaimana pun, ia masih seorang ayah. Ayah yang dibenci anaknya.

"Roti ini buat kamu, Nak. Gratis..." ujar Calvin lirih.

Perlahan anak perempuan itu melepas pelukannya. Menatap Calvin tak percaya.

"Serius ini buat saya?" Ia memastikan.

"Iya. Dan...tunggu sebentar."

Calvin setengah berlari mengambil kotak seukuran kardus tempat penyimpan air mineral. Diisinya kotak itu dengan beberapa bungkus roti, sekaleng besar susu, beberapa botol minyak goreng, lima bungkus mie instant, buah-buahan segar, ikan kaleng, tas sekolah, kotak pensil penuh berisi alat-alat tulis yang semuanya baru, dan satu plastik sayuran.

"Ini buat kamu dan ibumu. Semoga ibumu cepat sembuh," ucapnya seraya memberikan kotak itu ke tangan si gadis malang.

Ia berterima kasih berkali-kali. Tak tahu bagaimana harus membalas kebaikan si pengusaha tampan. Calvin sungguh berhati malaikat. Tak heran bila Gloria dulu menjulukinya Malaikat Tampan Bermata Sipit. Si malaikat tampan bermata sipit mengantarnya keluar supermarket. Memastikannya pergi dengan selamat.

**         

Menjelang Maghrib, Calvin baru selesai dengan penyamarannya. Ia mengemudikan mobil dengan perasaan bahagia. Bahagia telah menolong orang lain, walau kebaikannya diprotes dan dianggap berlebihan oleh manager supermarket. Bila Calvin berbuat begitu terus, bisa-bisa supermarketnya merugi. Begitu kata managernya. Terlalu banyak orang miskin, atau orang yang pura-pura miskin.

"Laa haula wala quwata illa billah..." Calvin terus berzikir dan bershalawat di dalam hati. Menyetir mobil sambil berzikir dan bershalawat, kebiasaan lamanya. Apa kurangnya Calvin Wan? Tampan, kaya, saleh pula. Muslim berdarah keturunan yang dermawan dan penyayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun