Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Melodi Silvi, Malam Penuh Syafaat untuk Malaikat Tampan Bermata Sipit

30 April 2018   06:21 Diperbarui: 30 April 2018   08:27 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari belakang, seseorang memeluknya. Pelukan hangat diikuti wangi Escada The Moon Sparkel. Refleks Calvin berpaling. Seorang wanita cantik berambut pirang dan bermata biru memeluknya mesra. Tanpa ragu mendaratkan ciuman mesra di pipinya. Mata biru si wanita begitu membara saat menatap si gadis genit berbaju ketat. Mengisyaratkannya tanpa kata untuk berhenti menggoda Calvin. Dia milikku, begitu makna yang tertangkap di dalam mata biru yang menawan itu.

Tatapannya menggetarkan. Membekukan hati dan jantung. Wanita itu cantik sekali. Bahkan Calvin dan si gadis genit mengakuinya dalam hati. Segera saja si gadis genit kabur setelah meletakkan uangnya. Lupa dengan uang kembaliannya. Beberapa karyawan sembunyi-sembunyi bersorak di balik rak makanan. Senang bos kesayangan mereka terbebas dari gangguan konsumen tak tahu malu.

Calvin menoleh ke samping. Maksud hati ingin berterima kasih pada perempuan berambut pirang dan bermata biru yang menolongnya, walau ia tak kenal siapa dia. Tapi...

"Dor! Ketipu!"

Gawat, ternyata yang tadi memeluknya wanita jadi-jadian! Penyamaran terbuka. Sepasang tangan menghapus riasan make up di wajah, melepas dress berwarna biru, memperlihatkan jas berwarna dark blue di bagian dalam. Si penyamar tertawa, dan memukul punggung Calvin dengan penuh kemenangan. Calvin terbelalak kaget melihatnya. Pria yang menyamar menjadi wanita untuk melindunginya tak lain adalah Revan.

"Mana mungkin kubiarkan sahabatku digoda orang sembarangan? Aku rela menyamar menjadi wanita untuk melindungimu. Finally, berhasil kan? Bahkan aku tak perlu bicara untuk membuatnya pergi."

Revan masih saja tertawa. Puas sekali atas penyamarannya. Tak kalah puasnya melihat kekagetan di wajah Calvin.

"Pantas saja aku merasa tak asing. Tak banyak orang bermata biru dan berambut pirang di negeri kita. Tahunya kamu...kok kamu ada di sini sih? Nggak ke kampus?" selidik Calvin.

"Aku ambil cuti. Nggak apa-apalah, Rektor juga manusia. Punya rasa punya hati...ups, itu kan lirik lagu."

"Kalau ada mahasiswamu tahu, bisa bahaya. Tidak baik untuk reputasimu, Revan. Kamu harus belajar dewasa. Jadilah pemimpin yang dewasa."

Senyum Revan sedikit memudar. "Iya, sorry...tadi aku hanya ingin menjaga sahabatku ini. That's all."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun