Sejurus kemudian, pria berdarah Minahasa-Portugis-Turki itu membungkuk. Mencium kening Silvi dan berkata, "Ben her zaman senin yanndaym."
Tak jauh dari mereka, wanita jelita dengan gaun off shoulder berwarna broken white beerdiri terpaku. Ia menangis. Terkenang masa lalu.
"Di sini, dua belas tahun yang lalu, kita menikah. Menyatukan dua jiwa...ingatkah kau, Sayang?" isaknya. Menatap langit dengan hampa. Percik-percik kesedihan menetesi palung hatinya.
Pria tampan dengan wajah oriental dan jas hitam Calvin Klein mendekat. Berdiri di sisinya tanpa kata. Bukan penghiburan yang dibutuhkan wanita ini, melainkan kehadiran seseorang di sampingnya. Itu saja.
"Kautahu, hidup sendiri tanpamu itu berat." lanjut si wanita, perlahan menyapu air mata.
"Mengapa sulit sekali merelakanmu?"
Ombak menghempas bibirr pantai. Namun tak mampu menghempaskan kesedihan.
** Â Â Â
Paris van Java, 14 April 2018
Berusaha tetap menulis cantik, dan memainkan piano, di tengah ribuan jarum jahat yang terasa menusuk dan mengirimkan rasa sakit di bola mata. Something wrong with my eyes.