Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Melodi Silvi] Izrail Jatuh Cinta Padaku

6 April 2018   06:00 Diperbarui: 6 April 2018   08:26 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Syifa menggeleng kuat. Air matanya tumpah lagi. "No way...aku tidak akan lupa janji kita sebelum menikah. Bila salah satu di antara kita meninggal lebih dulu, takkan ada pernikahan kedua."

"Kamu bisa batalkan janji itu kalau mau. Mungkin kamu dan Calvin..."

"Cukup. Aku dan Calvin tidak pernah saling mencintai sebagai pria dan wanita. Aku ditakdirkan untukmu, begitu pula sebaliknya."

Hening yang berlalu setelahnya teramat mencekam. Syifa melepas pelukannya, meraih selimut, lalu menyelimuti Adica. "Tidurlah. Kamu ingin sehat saat menghadiri golden wedding anniversary Baba dan Annenya Revan, kan?"

Adica mengangguk. Pelan mencium kening Syifa. Setelah memastikan suaminya tertidur, Syifa menangis. Ia membenamkan kesedihannya di balik lelehan air mata. Mengapa hingga detik ini Adica belum mempercayainya?

**      

Inilah momen yang ditunggu Revan, Baba, Anne, Keluarga Tendean, dan keluarga besar dari Turki. Ulang tahun pernikahan emas. Sebagai anak tunggal, Revan menyiapkan semua yang terbaik untuk orang tuanya di hari spesial mereka. Ia lakukan semuanya sendiri, mulai dari urusan WO sampai mematangkan konsep golden wedding anniversary.

Pesta ulang tahun pernikahan Baba dan Anne berlangsung dalam kemewahan dan kemeriahan. Slideshow menampilkan foto-foto perjalanan mereka selama menempuh 50 tahun hidup berumah tangga. Lalu ditayangkan video-video yang mengisahkan perjalanan cinta keduanya. Atmosfer kebahagiaan melingkupi ballroom hotel bernuansa maroon dan gold tempat berlangsungnya acara.

Revan membuat konsep acara ini semirip mungkin dengan pesta pernikahan orang tuanya lima puluh tahun lalu. Voilet, ia berhasil mewujudkannya. Mulai dari proses masuk ke ballroom saja sudah terasa adat Turkinya. Tamu-tamu yang baru selesai menandatangani buku tamu bukannya diberi suvenir seperti layaknya pernikahan di Indonesia, tetapi disemprotkan parfum ke tangannya. Sama seperti pesta pernikahan 50 tahun lalu, resepsi golden wedding anniversary kali ini pun bergelimang emas dan uang kertas.

Memasuki ballroom, panggung besar berdiri gagah menyambut tamu undangan. Yang paling antusias tentu saja Keluarga Tendean dan keluarga besar dari Turki. Tak sia-sia mereka datang jauh-jauh dari Manado, Istanbul, dan Ankara. Tak heran di pesta ini banyak dijumpai orang-orang berparas rupawan dan bermata biru pucat. Seperti warna mata Revan dan Silvi. Mungkin layak disebut Pesta Non-Native, atau Perhelatan Mata Biru.

Ketika semua tamu undangan telah datang, masuklah "pengantin" dalam acara ini. Usia tak memudarkan kerupawanan wajah mereka. Lima puluh tahun berlalu sejak pernikahan mereka. Begitulah gaya pernikahan ala Turki. Bukan pengantin yang menunggu tamu, melainkan tamulah yang menanti pengantin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun